Apr 22, 2013

Daerah Rawan Banjir


Oleh : Atep Afia Hidayat - Suhu permukaan air laut di sebagian besar perairan Indonesia mengalami peningkatan, hal itu menyebabkan pasokan uap air sebagai bahan pembentuk awan menjadi berlimpah. Sebagai dampaknya diprediksi akan terjadi hujan dengan intensitas yang tinggi. Dari fenomena alam tersebut maka pada bulan November 2011 sampai Januari 2012, sebanyak 11 provinsi memiliki potensi banjir. 

Kesebelas provinsi itu ialah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Barat dan Sulawesi Selatan. Hal itu diungkapkan Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho (dalam Voanews.com).

Sementara BNPB menetapkan empat daerah yang akan memperoleh prioritas tinggi terkait ancaman banjir ini, yaitu Kawasan yang terkena banjir lahar dingin Gunung Merapi (Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta); Wilayah Provinsi DKI Jakarta; Wilayah DAS Bengawan Solo (Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur); dan DAS Citarum (Provinsi Jawa Barat).

Keempat daerah itu ialah kawasan yang terkena banjir lahar dingin Merapi, yaitu sisa letusan bulan Oktober 2010. Ada sekitar 15 sungai yang akan mengalirkan lahar dingin, dan berpotensi merusak infrastruktur dan mengancam penduduk. Menurut Sutopo (dalam Kompas.com), ancaman lahar dingin di Merapi terkait dengan masih adanya 90 juta meter kubik material piroklastik di lereng Merapi. Sekitar 50 persen di lereng selatan yang dapat mengalir ke Kali Woro, Kali Gendol, Kali Opak, dan Kali Boyong. Sisanya, berada di sisi barat ke Kali Krasak, Kali Putih, Kali Lamat, dan Kali Pabelan.

Daerah berikut yang mendapat prioritas dalam penanganan banjir ialah DKI Jakarta. Banjir besar melanda Jakarta terutama pada tahun 2002 dan 2007, terdapat siklus lima tahunan, yang dikhawatirkan muncul lagi pada tahun 2012. Berdasarkan catatan WHO banjir yang pada bulan Februari 2007 melanda 80 kecamatan di Jakarta, menyebabkan kekacauan lalu lintas dan melumpuhkan kota. Lebih dari 73.000 rumah tergenang dengan keringgian mulai dari 10 sentimeter sampai 5 meter. Sebanyak 420.440 orang diperkirakan telah mengungsi, sedangkan angka kematian mencapai 54 orang.

Persoalan banjir di Jakarta makin sulit diatasi, bahkan upaya penanganan secara serius telah dilakukan sejak tahun 1960-an. Menurut Sutopo, dalam tiga dasawarsa terakhir besaran banjir yang masuk ke Jakarta dari hulu dan tengah 13 sungai meningkat hampir 50 persen. Amblesan permukaan tanah di Jakarta rata-rata sekitar 3,5 sentimeter per tahun. Air laut naik 4,38-7 milimeter per tahun. Sementara itu, kemampuan sungai dan drainase di Jakarta makin berkurang untuk menggelontorkan air. Akibatnya, banjir mudah terjadi. Saat ini ada 62 titik lokasi banjir di Jakarta. Daerah-daerah penyangga Jakarta seperti Depok, Tangerang, dan Bekasi juga terjadi banjir saat hujan ekstrem. (Kompas.com).

Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo termasuk kawasan yang mendapat prioritas tinggi penanganan banjir. Luas DAS Bengawan Solo hampir 20 ribu kilometer persegi, dihuni oleh puluhan juta penduduk tersebar di 17 kabupaten dan 3 kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kondisi DAS Bengawan Solo sangat rawan terjadi banjir, hal itu karena terus menurunnya kondisi hutan, terjadinya penebangan liar dan konversi hutan yang tidak terkendali, lemahnya penegakan hukum terhadap illegal logging, dan masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kelestarian lingkungan.

DAS Citarum juga merupakan langganan banjir. Beberapa kecamatan di Kabupaten Bandung seperti Majalaya, Baleendah, Dayeuhkolot, Pameungpeuk dan Banjaran, merupakan daerah yang paling rawan banjir. Penyebab banjir di DAS yang mengaliri sembilan kabupaten dan kota di Jawa Barat ini, hampir sama dengan apa yang terjadi di DAS Bengawan Solo, yaitu penebangan liar dan konversi hutan.

Kondisi hutan di Gunung Wayang yang menjadi hulu Sungai Citarum sudah sangat parah, terutama dikonversikan menjadi lahan tanaman sayuran (hortikultura). Selain itu, konversi hutan sudah terjadi sejak beberapa abad yang lalu, antara lain dijadikan perkebunan kina yang dimulai oleh Pemerintahan Kolonial Belanda. Saat ini kondisi perkebunan kina yang berlokasi di Kecamatan Kertasari dan Pacet, Kabupaten Bandung tersebut diterlantarkan oleh pengelolanya , bahkan oleh masyarakat setempat dialihfungsikan menjadi kebun sayuran.

Penanganan banjir tidak bisa dilakukan secara pragmatis dan sektoral, tetapi harus secara preventif dan komprehenshif. Dalam hal ini, baik pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi dan kabupaten, harus lebih serius dalam menangani dan mengantisipasi banjir. Begitu pula keberadaan lembaga-lembaga pemerintah seperti Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Kehutanan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Hukum dan Ham, Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, termasuk Badan Nasional Penanggulangan Bencana, dan sebagainya, perlu terintegrasi dalam penanganan banjir.

Banjir adalah bencana alam, namun sangat kental dengan akibat ulah manusia. Siapapun yang berpartisipasi dalam penebangan liar, pengrusakan hutan, pencemaran dan pendangkalan sungai, manipulasi tata ruang, dan sebagainya perlu mendapat sanksi dan hukum yang tegas. (Atep Afia).









15 comments:

  1. saat ini khususnya di ibu kota jakarta sering sekali rawan banjir, hal ini disebabkan sampah di sungai yang tersumbat dimana saluran irigasi tidak berfungsi. hal ini perlu penanganan yang cukup serius untuk jangka waktu yang cukup panjang. pemerintah setempat harus segera menanganinya.

    ReplyDelete
  2. kalo daerah banjir yang sangat rawan banjir iyalah daerah2 yang sangat kotor dan tidak terawat oleh penduduk itu sendiri

    ReplyDelete
  3. Daerah yang rawan sekali dengan banjir di sebabkan oleh kegiatan individual di masyarakat sendiri. Mungkin secara tidak sadar dengan membuang sampah sembarangan ke sungai, itu secara tidak langsung mendukung terjadinya banjir terutama di jakarta. kurangi akan kebiasaan buruk yang di lakukan oleh semua warga. kita menjaga lingkungan sekarang untuk generasi di masa depan setelah kita....

    ReplyDelete
  4. daerah rawan banjir adalah daerah yang kurang bersih dan banyak sampah sehingga daerah tersebut menjadi langganan banjir saat musim hujan. menurut saya daerah ini patut dilakukan perbaikan drainase serta membersihkan sampah-sampah mulai dari diri sendiri, masyarakat serta dari pemda setempat jika hal ini dilakukan terus-menerus maka banjir tidak akan mungkin datang.

    ReplyDelete
  5. Daerah rawan banjir merupakan hal serius yg harus ditangani perbaikannya. Salah satu penyebabnya adalah masyarakat yg masih membuang sampah di sungai dan membangun bangunan di bantaran sungai. Sekarang semakin hari, lebar sungai semakin menyempit karna adanya bangunan2 di bantaran kali dan semakin dangkal juga akibat sampah yg menimbun di dasar sungai. Banjir juga tidak hanya dikarenakan masalah sungai, banjir juga bisa disebabkan oleh penebangan hutan liar. Maka dari itu mulai dari sekarang kita harus memperhartikan lingkungan agar bisa mengurangi daerah rawan banjir terutama di Jakarta.

    ReplyDelete
  6. daerah rawan banjir sebenarnya tidak sepenuhnya salah masyarakat sekitar namun kebanyakan terjadi karena adanya kurang kesadaran masyarakat di luar lingkungan yang membuang sampah ke sungai, setiap sungai akan mengalir dari tempat satu ke tempat lain yang saling bersambungan sehingga daerah yang di lalui sungai tersebut akan mengalami dampak dari aliran sungai tersebut.

    ReplyDelete
  7. semua itu tidak lepas dari kesadaran semua element masyarakat di daerah tersebut.

    ReplyDelete
  8. Saat ini daerah rawan banjir bukan hanya berada di daerah Jakarta saja namun sudah semakin meluas ke daerah disekitarnya. Masalah banjir ini bukanlah masalah yang sepele dan harus ditangani dengan cepat dan tanggap. Kurangnya kesadaran diri terhadap lingkungan dari manusia itu sendiri lah yang membuat masalah ini semakin rumit dan tak terselesaikan. Misal dari sikap masyarakat yang masih banyak ditemukan disekitar kita yang membuang sampah tidak pada tempatnya dan dibuang di sungai. Jika itu dibiarkan begitu saja masalah banjir saat ini akan semakin parah di tahun-tahun kedepannya. Maka dari itu mulai dari sekarang kita harus mempunyai kesadaran diri yang tinggi terhadap lingkungan kita sendiri agar dapat meminimalisir daerah rawan banjir saat ini dan ditahun-tahun kedepannya.

    ReplyDelete
  9. daerah rawan banjir karna lingkungannya yang tidak di rawat dengan baik terutama selokannya yang begitu banyak sampahnya sehingga air hujan itu mampet tidak bisa menglir
    maka dari itu kita semua harus menjaga lingkungan kita masing2

    ReplyDelete
  10. ika dimusim penghujan saat ini pasti sering kali kita menemukan berita tentang banjir di suatu daerah khusunya dareah yang di Indonesia. Padahal hampir setiap tahun kita menghadapi banjir, tapi tetap saja banjir tersebut tidak dapat diatasi. Daerah yang Rawan banjir biasanya daerah yang ada di ketinggian lebih rendah dari pada laut. oleh karen itu daerah yang ada disana alangkah bijaknya agar mejaga lingkungannya

    ReplyDelete
  11. Ciledug yang merupakan daerah tempat tinggal saya adalah daerah yang rawan akan banjir. Yaa. sekarang semakin sedikit saja resapan air di daerah kota karena pembangunan kota yang tidak terkontrol yang mengharuskan pengecoran jalan dan tembok dibangun.

    ReplyDelete
  12. Banyak hal yang harus diperbaiki di daerah yang rawan banjir, seperti contohnya DKI Jakarta.
    Perlu banyak perubahan struktur lingkungan seperti pembangunan gorong-gorong, pendalaman sungai, perluasan waduk dan pembangunan tanggul.

    ReplyDelete
  13. Dengan 62 titik rawan banjir di jakarta pemerintah daerah dan masyarakat sangat di harapkan dalam upaya perbaikan maupun pencegahan banjir secara serius.Karena sebagai ibukota negara,jakarta terlihat sangat memprihatinkan dibandingkan dengan kota kota kecil di indonesia yang aman dari potensi banjir.

    ReplyDelete
  14. Pemerintah dan warga harus bersatu dalam memelihara lingkungan agar banjir tidak lagi melanda Jakarta, apalagi mengingat Jakarta merupakan Ibukota.

    ReplyDelete
  15. @C-25, TUGAS TC-05

    Masalah banjir tidak hanya menjadi milik Ibu Kota saja, tetapi sudah menjadi masalah utama di kota-kota besar lainnya di Indonesia. Terutama di Ibu Kota Jakarta, menurut saya bencana banjir paling besar disebabkan oleh tata ruang kota yang salah. Hal ini dapat kita amati sendiri dari kondisi Kota Jakarta yang dari tahun ke tahun lahannya semakin tertutupi oleh gedung-gedung pencakar langit, dimana hal tersebut akan menyebabkan penurunan kondisi tanah,selain itu menutupi aliran drainase dan juga berkurangnya lahan hijau sebagai fungsi penyerapan air ditambah lagi kondisi-kondisi sungai di Ibu Kota yang sudah parah.

    ReplyDelete

Note: Only a member of this blog may post a comment.