Apr 24, 2013

"Raksasa" itu Ada Dalam Kepala Kita

Oleh : Atep Afia Hidayat - Sejatinya setiap orang memiliki potensi sangat besar dalam dirinya. Potensi tersebut bagaikan raksasa tengah tertidur pulas, tengkurap dan mendengkur dalam kepala kita. Ya, di kepala kita ada raksasa tidur yang harus segera dibangunkan ! Raksasa tidur itu berupa sebuah organ yang bernama otak.

Manusia menjalani kehidupan dilengkapi dengan akalnya, itulah yang membedakan manusia dengan mahluk lainnya. Secara fisik manusia tidak sebesar gajah, tidak bisa berlari sekencang cheetah, tidak bisa terbang seperti burung, tidak bisa berlama-lama di dalam air seperti ikan. Namun karena akalnya manusia bisa mengalahkan mahluk apapun, dan memang manusia ditugasi sebagai wakil Tuhan di Bumi (khalifah).

Akal itu tak lain proses kerja otak. Otak berpikir berarti akalnya bekerja. Segala sesuatu bisa di-akali, semua kesulitan ada cara-cara menguraikannya sehingga menjadi kemudahan. Dalam kehidupannya manusia dihadapkan pada sekian banyak tantangan, rintangan, kendala, hambatan, dan beragam faktor lainnya yang “memaksa” manusia untuk memanfaatkan otaknya.

Setiap orang tentu “ber-otak”, secara fisik ada organ otak di dalam kepalanya. Namun persoalannya apakah otak tersebut difungsikan secara penuh, separuh, seperempat atau hanya sedikit saja. Otak sendiri berbentuk gel dengan bobot sekitar 1.500 gram Ada kecenderungan makin bertambah usia, otak makin menyusut, berkurang sekitar 1 gram per tahun setelah memasuki masa dewasa.

Sudahlah, tidak usah mengkhawatirkan proses penyusutan yang sedang terjadi dalam otak, yang lebih penting ialah bagaimana mengeksploitasi dan mengeksplorasi fungsi otak semaksimal mungkin. Tak heran muncul ungkapan “Pake Otak Donk”. Ya, segala sesuatu harus melibatkan otak, dan memang otak itu tidak pernah tidur, meskipun badan kita sedang tidur pulas.

Otak identik dengan kemampuan belajar dan konsentrasi. Apapun bisa dipelajari asal mau berkonsentrasi, mulai dari bahasa asing yang rumit, matematika yang sulit, pemograman komputer yang jelimet, sampai skill atau keterampilan tertentu yang ribet. Dengan kemampuannya yang luar biasa otak bisa mengakses berbagai hal, dengan catatan asalkan ada kemauan, kemampuan dan keseriusan.

Menurut Marlyn King, seorang atlet panca lomba olimpiade, kesuksesan tak lain merupakan gabungan antara visi, gairah dan aksi. Nah, proses pem-visi-an itu sangat tergantung pada cara berpikir, sedangkan gairah lebih berkaitan dengan kebiasaan, sedangkan aksi ialah sikap hidup. Ketiga faktor tersebut sangat berkaitan, bahkan sinerginya turut menentukan taraf kesuksesan seseorang.

Walaupun ada yang percaya adanya reinkarnasi, namun nyatanya periode kehidupan di Planet Bumi (alam dunia) hanya satu kali saja. Dimulai saat dilahirkan oleh Ibu, dibesarkan, tumbuh, berkembang, jadi anak-anak, remaja, dewasa, menua dan “tamat”. Itu merupakan siklus yang normal, namun banyak juga yang tidak menjalaninya secara penuh. Ada yang “tamat” saat dalam kandungan, sesaat setelah dilahirkan, waktu bayi, anak-anak, remaja dan dewasa.

Memang dikenal adanya istilah usia harapan hidup, misalnya 60 tahuan, 70 tahunan, dan sebagainya. Namun hal itu tidak berlaku bagi setiap orang, dengan sebab tertentu ternyata banyak orang yang “tamat” di usia muda. Sebenarnya yang harus menjadi fokus perhatian bukanlah berapa lama usia hidup kita, namun seberapa jauh tingkat pencapaian kita?

Ya, tingkat pencapaian, reputasi, prestasi atau portofolio kehidupan kita, begitu dipertaruhkan. Hal itu karena periode kehidupan di alam dunia hanya satu kali, tidak mengalami siklus yang berulang. Nah, sudah semestinya berbagai potensi yang dimiliki, termasuk fungsi otak, dimanfaatkan secara optimal.

Pencapaian dalam arena kehidupan harus maksimal, bahkan di titik paling maksimal. Tidak ada pilihan lain. Satu-satunya cara ialah dengan menjalani kehidupan selalu “pake otak”, di manapun, kapanpun dan siapapun. Dengan “memakai otak” hidup akan berasa lebih hidup. Otak adalah kekuatan raksasa, jangan biarkan raksasa itu hanya tertidur pulas dalam kepala kita. (Atep Afia)

4 comments:

  1. B-10 UTOMO, TUGAS TB05

    Iya benar, terkadang kita kurang dalam memakai akal untuk melakukan hal, antara lain biasanya melampaui batas karena nafsu yg bermacam2 bentuk. Akal adalah anugrah yg harus dipakai secara terus menerus diasah dan dikembangkan dengan hidayahNya.

    ReplyDelete
  2. B-10 UTOMO, TUGAS TB05

    Iya benar, terkadang kita kurang dalam memakai akal untuk melakukan hal, antara lain biasanya melampaui batas karena nafsu yg bermacam2 bentuk. Akal adalah anugrah yg harus dipakai secara terus menerus diasah dan dikembangkan dengan hidayahNya.

    ReplyDelete
  3. @C13-ROHADI,TUGAS TC05

    Semua hal manusiawi tersebut memang telah berjalan sesuai apa adanya secara natural akan tetapi peran orang tua dan lingkungan sekitar yang akan menjadikan tipe karakteristik seseorang untuk berpikir dengan akal dan melakukan tindakan dengan baik atau buruk tergantung nilai-nilai yang mereka dapatkan dari orangtua dan lingkungan sekitar nya dari sejak pertama dilahirkan hingga ahir hayat terimakasih

    ReplyDelete
  4. Bintang Pamungkas
    @E10-Bintang, @Tugas B05
    saya setuju. Semua kegiatan dijalani "pake otak" yang artinya harus dipikirkan secara matang agar hasil yang tercapai sesuai perkiraan dan jika hasil nya kurang memuaskan maka kita masih punya cara lain untuk mendapatkan hasil yang lebih memuaskan. Oleh karena itu melakukan hal apa saja dimanapun dan kapanpun tidak boleh tergesa-gesa tanpa mempertimbangkan konsekuensi dari yang kita lakukan tersebut.

    ReplyDelete

Note: Only a member of this blog may post a comment.