Apr 28, 2013

Manajemen Konflik dalam Bernegara


Oleh : Atep Afia Hidayat - Konflik selalu mewarnai arena kehidupan, dari konflik-konflik yang sangat kecil sampai konflik yang sangat besar. Konflik terjadi akibat perbedaan persepsi, berlainan pendapat dan karena ketidak-samaan kepentingan. Konflik ada yang bisa diselesaikan secara tuntas, ada yang setengah tuntas, ada juga yang berlarut-larut tanpa solusi.

Jika kita memantau berita sehari-hari yang terjadi di republik tercinta ini, nyaris tiada hari tanpa konflik. Diperlukan upaya sungguh-sungguh untuk mengatasi beragam konflik tersebut. Pemerintah sebagai eksekutif tertinggi di negeri ini memang telah berupaya, namun belum maksimal. Lantas, pihak mana lagi yang bisa diharapkan mengatasi kekisruhan, supaya konflik tidak meluas dan makin kronis.

Konflik yang tidak tertanggulangi jelas bisa berakibat pada iklim berbangsa dan bernegara yang tidak kondusif. Bahkan, konflik yang menyeluruh bisa saja berakibat pada kekacauan nasional, sebagaimana terjadi di Mesir, Libya dan Bahrain belakangan ini. Apa yang terjadi di negara-negara Arab tersebut, sejatinya bermula dari konflik-konflik kecil yang mengakumulasi, bahkan menggurita.

Kalau sudah sampai pada ukuran maksimalnya, maka terjadilah apa yang disebut “ledakan sosial”. Beragam tatanan berbangsa dan bernegara bisa berantakan dalam hitungan hari, minggu atau bulan. Beragam bencana sosial pun terjadi di seantero negeri.

Kata kuncinya, jangan pelihara bibit konflik, apalagi menyiraminya. Tidak tertutup kemungkinan ada pihak tertentu yang sengaja menabur bibit konflik, kemudian memeliharanya dengan tujuan terjadi kekacauan nasional. Di sisi lainnya, jangan pula memancing atau mengundang kedatangan konflik. Bagikan api dengan nyala kecil, konflik bisa disulut, terus membesar sehingga akhirnya menimbulkan kebakaran yang parah.

Konflik bisa terjadi kapanpun, di manapun dan pada siapapun. Konflik bisa terjadi antar negara sampai antar pribadi. Untuk mengelola konflik (manajemen konflik), jelas dibutuhkan mediasi. Harus ada pihak ketiga yang dipercaya menjadi penengah. Untuk situasi dan kondisi Indonesia, seorang tokoh yang piawai dalam manajemen konflik misalnya mantan Wapres Jusuf Kalla.

Manajemen konflik adalah serangkaian proses untuk mempertemukan kepentingan dua belah pihak, menetralisir konflik, dan pemulihan pasca konflik. Manajemen konflik harus diawali dengan memetakan konflik, mendengar ketarangan dua belah pihak, mempertemukan kedua belah pihak, dan pengambilan keputusan untuk mengatasi konflik. (Atep Afia)


3 comments:

  1. @C03-ARIF
    jangan pelihara bibit konflik, apalagi menyiraminya.
    Saya menyukai dan setuju dengan quote tersebut, memang konflik harus di selesaikan tidak boleh di biarkan berlarut larut.

    ReplyDelete
  2. Kurniyanto Bayu Anggoro
    @E02-Bayu, @Tugas B05
    Konflik, seperti api kecil kemudian membakar hutan.
    Dengan manajemen konflik, adalah salah satu cara untuk mengatasi sebuah konflik.
    Step by step but sure.

    ReplyDelete
  3. @E34-Sylvana, @Tugas B05
    Konflik merupakan cerminan masyarakat yang saling berlainan, apabila lain pendapat bisa menimbulkan konflik maka seorang pribadi yang baik harus bisa menempatkan diri ketika konflik terjadi, konflik terjadi bukan semata-mata karena gesekan pihak-pihak tertentu namun karna pembiaran dan profokatif yang terus gencar, mediasi merupakan langkah yang harus ditempuh agar konflik tidak berlarut, seyogyanya apapun konflik yang terjadi harus diselesaikan karena hidup kita terlalu indah jika hanya diisi dengan konflik

    ReplyDelete

Note: Only a member of this blog may post a comment.