Aug 16, 2025

Kota Berkelanjutan, Pikiran Sehat: Mengurai Hubungan antara Urbanisme Hijau dan Kesehatan Mental

🧠 Pendahuluan: Apakah Kota Kita Membuat Kita Bahagia?

Bayangkan sebuah kota yang tidak hanya dipenuhi gedung pencakar langit dan jalanan sibuk, tetapi juga taman hijau, jalur sepeda, ruang publik yang ramah, dan komunitas yang saling mendukung. Apakah kota seperti ini bisa membuat kita lebih sehat secara mental?

Menurut WHO, lebih dari 300 juta orang di dunia mengalami depresi, dan angka ini terus meningkat di kawasan urban. Di Indonesia, sekitar 6,1% penduduk usia 15 tahun ke atas menunjukkan gejala kecemasan dan depresi1. Kota yang padat, bising, dan minim ruang hijau sering kali menjadi pemicu stres kronis. Maka, pertanyaannya bukan hanya soal pembangunan fisik, tetapi: apakah kota kita dirancang untuk manusia?

🏙️ Pembahasan Utama: Kota Berkelanjutan dan Kesehatan Mental

1. Apa Itu Kota Berkelanjutan?

Kota berkelanjutan adalah kota yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan masa depan. Konsep ini mencakup:

  • Efisiensi energi dan transportasi
  • Ruang hijau yang luas
  • Akses terhadap layanan publik
  • Partisipasi sosial dan inklusivitas

SDGs 11 menekankan pentingnya kota dan komunitas yang berkelanjutan sebagai fondasi kesejahteraan.

2. Urbanisme dan Kesehatan Mental: Apa Kaitannya?

Penelitian menunjukkan bahwa desain kota memengaruhi kesehatan mental melalui beberapa jalur:

  • Ruang Terbuka Hijau: Taman kota dan hutan urban terbukti menurunkan tingkat stres dan depresi
  • Konektivitas Sosial: Ruang publik yang inklusif mendorong interaksi sosial dan rasa memiliki
  • Mobilitas Aktif: Jalur sepeda dan pejalan kaki meningkatkan aktivitas fisik yang berdampak positif pada mood
  • Desain Berpusat pada Manusia: Konsep “human-centered design” menempatkan kebutuhan psikologis warga sebagai prioritas

Dr. Tri Mulyani Sunarharum dari UGM menyebut bahwa perencanaan kota harus mengintegrasikan “eco-wellbeing” dan “social equity” sebagai jalan menuju kota yang sehat secara mental.

3. Studi Kasus: Bekasi dan Healing Architecture

Penelitian di Kecamatan Jatiasih, Bekasi, menunjukkan bahwa ruang terbuka hijau berperan dalam menurunkan tingkat depresi warga. Konsep “healing architecture” dan “healing garden” mulai diterapkan untuk menciptakan lingkungan yang menenangkan secara psikologis.

🌱 Implikasi dan Solusi: Merancang Kota yang Menyembuhkan

Dampak Positif Kota Berkelanjutan:

  • Menurunkan risiko gangguan mental seperti depresi dan kecemasan
  • Meningkatkan kualitas hidup dan produktivitas warga
  • Memperkuat kohesi sosial dan rasa aman

Solusi Berbasis Penelitian:

  • Desain Inklusif: Libatkan warga dalam proses perencanaan kota
  • Pemerataan Ruang Hijau: Pastikan setiap warga memiliki akses terhadap taman dan ruang terbuka
  • Transportasi Ramah Lingkungan: Dorong penggunaan sepeda dan transportasi publik
  • Komunitas Peduli Mental Health: Bangun komunitas yang aktif dalam edukasi dan dukungan psikologis

🔍 Kesimpulan: Kota Sehat Dimulai dari Pikiran Sehat

Kota bukan sekadar beton dan aspal. Ia adalah ruang hidup yang membentuk emosi, perilaku, dan kesejahteraan kita. Jika kita ingin membangun masa depan yang sehat, maka kita harus mulai dari desain kota yang peduli pada kesehatan mental.

Apakah kota tempat Anda tinggal sudah memberi ruang untuk bernapas, berpikir, dan merasa aman?

📚 Sumber & Referensi

  1. Dr. Tri Mulyani Sunarharum Bicara Soal Kesejahteraan Mental dalam Perencanaan Kota Berkelanjutan
  2. Peran SDGs 11: Kota dan Komunitas yang Berkelanjutan terhadap Individu
  3. Pengaruh Ruang Terbuka Hijau Terhadap Psikologis Masyarakat di Kota Bekasi

🔖 Hashtag untuk SEO

#KotaBerkelanjutan #KesehatanMental #UrbanWellbeing #SDGs11 #RuangHijau #HealingArchitecture #MentalHealthIndonesia #EcoWellbeing #DesainKota #PsikologiUrban

 

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.