Apr 22, 2013

Lingkungan Sebagai Komponen Promosi


Oleh : Atep Afia Hidayat - Sebuah merk perfume body spray antara lain menuliskan kalimat ozone free aerosol dengan huruf dan warna yang mencolok. Tujuannya tak lain agar konsumen atau calon konsumen mengetahui bahwa produk tersebut cukup “bersahabat” dengan lingkungan, tidak menimbulkan dampak yang merugikan, misalnya tidak merusak lapisan ozone. 

Begitu pula di beberapa Negara Eropa Barat, pada kemasan-kemasan produk tertentu yang terbuat dari kayu ada keterangan yang menyatakan bahwa produk tersebut terbuat dari kayu yang ditanam secara sustainable (berkelanjutan). Hal tersebut menunjukkan bahwa aspek lingkungan telah dijadikan sebagai komponen promosi, bahkan cap eco labeling kini sudah banyak dipergunakan di berbagai negara.

Merupakan perkembangan yang sangat baik jika aspek lingkungan semakin banyak diperhatikan. Industri yang menghasilkan produk yang mencemari lingkungan sudah sewajarnya semakin berhati-hati dan bersiap-siap untuk diboikot. Dengan demikian setiap pengusaha perlu menambah wawasan lingkungannya, tidak hanya berwawasan bisnis semata.

Dalam empat dekade terakhir tampak bahwa kesadaran lingkungan (darling) masyarakat terus menguat, baik yang bermukin di pedesaan atau perkotaan. Masyarakat semakin peka dan kritis terhadap kasus-kasus lingkungan. Terlebih dengan adanya dukungan dari LSM, pers, perguruan tinggi dan pemerintah, maka wawasan lingkungan (wasling) masyarakat semakin meningkat.

Masyarakat merupakan konsumen untuk berbagai produk industri, baik makanan, obat, peralatan rumah tangga hingga kendaraan bermotor. Produk yang dipilih tidak hanya yang bagus, kuat dan harganya relatif terjangkau, namun juga yang dalam proses pembuatannya tidak mencemari lingkungan.

Tingkat darling tersebut akan terus membaik bersamaan dengan semakin meratanya penyebaran informasi. Berbagai berita mengenai pencemaran lingkungan sering disiarkan media cetak, elektronik dan online.

Saat ini masyarakat tidak hanya berpangku tangan dalam menghadapi kasus lingkungan, namun mampu berbuat sesuatu. Seringkali terjadi konflik antara masyarakat dengan perusahaan yang tidak bersahabat dengan lingkungan. Untuk menangani berbagai kasus pencemaran lingkungan diperlukan hukum lingkungan yang lengkap dengan proses penyidikan. Hingga saat ini tenaga penyidik kasus pencemaran lingkungan masih sangat kurang, tak heran jika penanganan masalah seringkali terbengkalai..

Pakar lingkungan hidup Prof. Dr. Emil Salim pernah menyatakan, bahwa sewaktu dirinya masih menjabat Meneg KLH praktis setiap hari menerima laporan tentang pencemaran lingkungan. Menurutnya kesadaran masyarakat meningkat karena penduduk terus bertambah dan kepadatannya meningkat, hingga keperluan akan air bersih pun meningkat.

Semakin banyak yang menderita (karena kasus pencemaran lingkungan, pen) menjadi semacam critical mass yang vokal. Selain itu, ternyata tingkat pendapatan pun meningkat sehingga standar kehidupan membaik, aspirasi pun berkembang, di sisi lainnya tingkat pendidikan juga membaik sehingga semua orang bisa membaca surat kabar, menonton televise atau mengakses internet. Dengan demikian keinginan untuk terciptanya lingkungan yang bersih pun terus berkembang.

Jika pengusaha kurang tanggap terhadap hal itu, atau menurut penuturan Emil Salim, “It is for your interest. If the complains to you, you must take action. If you don’t take action kamu ambil risiko”. Risiko pertama ialah tindakan oleh pemerintah, risiko lain ialah langkah oleh masyarakat. Jadi masyarakat bisnis harus peka terhadap aspek lingkungan demi kepentingannya sendiri. Sebagaimana dikutip oleh Majalah Eksekutif sekitar tahun 1993. Saat ini, pertengahan 2011, pernyataan tersebut semakin relevan dengan kondisi yang ada.

Dengan semakin membaiknya wawasan lingkungan masyarakat, sudah selayaknya setiap pengusaha menjadikan lingkungan sebagai komponen promosinya. Tak lain agar berbagai produk yang dilempar ke pasar bisa disambut konsumen, tidak diboikot dan dikucilkan.

Namun dalam hal ini jangan sampai pengusaha “membohongi” masyarakat, misalnya mencantumkan “bersahabat dengan lingkungan” dalam kemasan produknya, namun ternyata dalam pembuatannya justru masih mencemari lingkungan.

“Dosa” pengusaha yang demikian tentu saja jauh lebih berat, bahkan melakukan kesalahan ganda, selain menipu konsumen juga merusak lingkungan. Dengan demikian, sudah semestinya setiap pengusaha memasukan instalasi pengolahan limbah atau penyaring debu sebagai biaya produksi. Kalaupun belum mampu secara individu, fasilitas pengolahan limbah tersebut bisa diperoleh degan cara patungan.

Untuk kawasan industri tertentu, sudah ada perusahaan yang khusus menangani limbah, sehingga perusahaan lainnya tak usah repot-repot tinggal mengalikan limbahnya dan memberikan fee.

Bagaimanapun setiap langkah bisnis tentu selalu berorientasi pasar, selalu memperhatikan peluang pasar. Belakangan ini pasar ternyata semakin erat dengan lingkungan. Di Eropa Barat umpamanya ada the blue angel, berarti setiap produk yang masuk harus menggunakan teknologi bersih atau teknologi yang bersahabat dengan lingkungan. Produk yang dalam pembuatannya mencemari lingkungan, sudah tentu sulit menembus pasar Eropa Barat dan beberapa negara lainnya. Lantas, sudah siapkah para pengusaha Indonesia beradaptasi?. (Atep Afia)








17 comments:

  1. Menurut pendapat saya, lingkungan sebagai komponen promosi memiliki arti kualitas produk yang mementingkan dampak lingkungan. Hal ini sangat mendorong para wirausaha untuk menginovasikan misi ini. Masyarakatpun pasti akan mencari kualitas produk yang baik. Dan produk ini akan laris dipasaran. Marilah mulai dari sekarang gunakan lingkungan sebagai komponen promosi.

    ReplyDelete
  2. Menurut saya, seharusnya para pengusaha Indonesia sudah sepantasnya siap beradaptasi. karena sebenarnya apabila kita dapat menyelaraskan kualitas produk dengan lingkungan itu sudah pasti produk yang kita keluarkan akan laku dipasaran. seperti pernyataan diatas yang mengatakan bahwa seringkali terjadi konflik antara masyarakat dengan perusahaan yang tidak bersahabat dengan lingkungan. itu terjadi akibat pengusaha tidak memperdulikan dampak lingkungan yang akan terjadi dan hanya mementingkan kualitas produk nya saja

    ReplyDelete
  3. Memang sudah seharusnya suatu perindustrian memikirkan dampak baik dan buruk dari produk yang akan di keluarkan terhadap lingkungan.alangkah baiknya produk yang di keluarkan menguntungkan satu sama lain,jangan hanya sepihak.hingga tidak akan ada konflik yang terjadi.memang ide yang sangat bagus menggunakan lingkungan sebagai sarana promosi,namun jangan sekedar omong kosong,harus di sertai bukti nyata juga.

    ReplyDelete
  4. Sekarang medai promosi memang tidak hanya terpaku pada media elektronik semata, sudah banyak perusahaan yang memanfaatkan isu-isu populer termasuk jugaisu lingkungan. Bnyak dari kalangan industri yang memanfaakan cara ini sperti dengan promosi ambil melakukan penanaman pohon secara masal, ada juga yang menagadakan iven jalan sehat sambil memasarkan produknya tentunya. Hal itu tidaklah salah, karena memang bagian dari strategi mereka untuk menanamkan brand dimata masyarakat. Namun sebagai k0nsumen kita juga harus jeli dan tidak mudah untuk percaya dengan promosi yang disajikan.
    Untuk mengetahui kebenaranyya tentang industri tersebut adalah inustri yang bersahabat dengan lingkungan kita bisa melihatnya dalam nilai PROPER. PROPER sendiri merupakan agenda tahunan pemerintah, yang mengaudit juga menyeleksi industri-industri dari sisi pemeliharaan lingkungan dan penanganan limbah. Dari sini kita bisa tahu mana yang cuma berpromosi dan yang benar-benar peduli dengan lingkungan.

    ReplyDelete
  5. Banyak iklan produk produk aksesoris yang membawa emblem emblem lingkungan, itu di lakukan agar produk yang mereka keluarkan bersahabat dengan alam

    ReplyDelete
  6. sudah seharusnya pengusaha Indonesia mengikuti perkembangan bisnis yang ada di eropa demi menjaga dan terciptanya lingkungan yang bersih

    ReplyDelete
  7. Yang terjadi sekarang banyak perusahaan yang menawarkan perumahan atau apartemen dengan mempromosikan ramah lingkungan dan terjauh dari bencana banjir.

    ReplyDelete
  8. Seperti hutan mangruf yang banyak menguntungkan banyak pihak seperti mengurangi abrasi laut,tempat berkembang biak ikan,maka dari itu perlu lingkungan hutan mangruf dikembangkan sebagai sarana pariwisata agar pengetahuan masyarakat tentang lingkungan bertambah

    ReplyDelete
  9. menurut saya pemilih usaha harus punya pengalamn penuh soal lingkungan dan beradaptasi..agar dapat menarik pelanggan untuk bergabung dengan usaha yang diajukan oleh pengusaha tersebut.

    ReplyDelete
  10. para pengusaha harus lebih pintar dalam memilih komponen untuk suatu industri agar mengurangi pencemaran..

    komponen pencemaran dapat dikelompokkan sebagai bahan buangan:
    1. padat
    2. organic dan olahan bahan makanan
    3. anorganik
    4. cairan berminyak
    5. berupa panas
    6. zat kimia.

    ReplyDelete
  11. Siring berjalana nya waktu hampir semua produk menggunakan sloga tentang lingkungan seperti "GO GREEN" atau yang lain nya

    ReplyDelete
  12. Merupakan perkembangan yang sangat baik jika aspek lingkungan semakin banyak diperhatikan, tetapi masih banyak pengusaha “membohongi” masyarakat, yang mencantumkan “bersahabat dengan lingkungan” dalam kemasan produknya, namun ternyata dalam pembuatannya justru masih mencemari lingkungan.

    ReplyDelete
  13. saya sangat setuju apa yang di paparkan oleh Emil Salim yaitu Risiko pertama ialah tindakan oleh pemerintah, risiko lain ialah langkah oleh masyarakat. Jadi masyarakat bisnis harus peka terhadap aspek lingkungan demi kepentingannya sendiri.
    Untuk produk seharusnya harus lebih diperhatikan, karena produk akan dikonsumsi langsung oleh manusia. produk harus dianalisis oleh bpom. bpom harus menentukan apakah produk ini aman atau tidak. dan sebagai konsumen kita sebaiknya tidak terlalu mudah tertarik dan terpengaruh hal hal sifatnya sementara.

    ReplyDelete


  14. Menurut pendapat saya, tidak semua perusahaan di Indonesia yang tidak memperhatikan limbah dari perusahaannya tersebut. Banyak juga perusahan yang sudah memperhatikan dampak limbah produksi ataupun mengolahnya dengan sedemikian hingga rupa sehingga hasilnya sudah ramah lingkungan. Berawal dari peraturan daerah dengan jalan memperketat aturan dari penanganan dampak limbah perusahaan, dan dari kesadaran masyarakat diikuti kerjasama oleh masing-masing perusahaan. dengan demikian tiap-tiap perusahaan mampu menjaga esistensi dari produknya tanpa ada pro-kontra dari pemerintah dan masyarakat sekitar dan perusahan-perusahaan di Indonesia bisa mempromosikan produknya dengan berbasis ramah lingkungan.

    ReplyDelete
  15. sukur tabah pamuji11/21/2014 6:41 PM

    lingkungan sebagai komponen promosi memiliki arti kualitas produk yang mementingkan dampak lingkungan. Hal ini sangat mendorong para wirausaha untuk menginovasikan misi ini. Masyarakatpun pasti akan mencari kualitas produk yang baik. Dan produk ini akan laris dipasaran. Marilah mulai dari sekarang gunakan lingkungan sebagai komponen promosi.

    ReplyDelete
  16. @C-25, TC-05

    Menarik, eco label ini memang bisa lebih menarik minat para konsumen untuk melirik produk tersebut. Apalagi biasanya konsumen berfikiran jika produk dengan eco label, aman untuk dikonsumsi/digunakan, karena tidak mengandung bahan-bahan berbahaya, seperti zat kimia.

    ReplyDelete
  17. @B23-YUNITA, Tugas TB05
    makin kesini kesadaran masyarakat tentang lingkungan semakin baik.memiliki bisnis yang berhubungan tentang lingkungan bisa mengalami peningkatan. karena masyarakat yang sudah mulai sadar akan penting nya lingkungan. misalnya dengan membeli botol minum atau sejenisnya yang berlabel eco. karena eco label aman untuk digunakan. saya sendiri leboh baik membeli botol minum yang berlabel eco emang si harganya lumayan mahal. tapi bisa digunakan jangka panjang. dibandingkan harus membeli air minineral yang sekali pakai.

    ReplyDelete

Note: Only a member of this blog may post a comment.