Apr 28, 2013

Jelang Pilpres 2014

Oleh : Atep Afia Hidayat - Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) akan mengakhiri jabatannya sebagai Presiden Republik Indonesia pada tahun 2014, ternyata memasuki pertengahan 2013 ini sudah banyak tokoh dan politikus nasional yang sudah ge-er (gede rasa) untuk segera menggantikannya. Berbagai survey calon presiden (Capres) pun digelar, dengan hasil yang sangat beragam. Beberapa nama Capres muncul ke permukaan, berbagai sikap dan pendapat pun bermunculan. Lantas, siapa bakal pengganti SBY ?

Ya, Beliau akan habis masa jabatannya tahun 2014 mendatang. Masih relatif lama memang. Tetapi kasak-kusuk perihal siapa pengganti Beliau sudah mulai marak. Tahun 2014 Beliau memang harus mengakhiri masa jabatannya, sesuai dengan bunyi UUD. Lantas, bisakah Beliau meninggalkan singgasananya dengan legowo, secara mulus, tanpa embel-embel, tanpa obsesi untuk “memperpanjang” dengan dinastinya. 

Ya, Beliau naik ke puncak kekuasaan tentu dengan membawa gerbong. Tidak mungkin naik sendiri toch. Nah, dua kali masa kekuasaan beliau tentu menjadi modal bagi salah satu gerbong terdepannya untuk menjadi lokomotif sebagaimana Beliau. Ya, bisa istri Beliau, anak Beliau, teman atau anak buah beliau. Wajar saja toch terjadi, dan hal itu bukan hanya di Indonesia saja, di beberapa negara Asia lainnya juga terjadi, bahkan di Amerika Serikat sekalipun, misanya ada dinasti Bush.

Menurut informasi dari salah satu lembaga survei, nama istri Beliau kini sudah mulai masuk bursa calon. Ya, kalau mampu dan mendapat dukungan mayoritas rakyat, kenapa tidak. Asal ditempuh dengan demokrasi yang sebenarnya, bukan demokrasi kongalingkong atau demokrasi simsalabim.

Meskipun tidak ada gebrakan yang fantastis dan spektakuler, toch memasuki dua periode kepemimpinan Beliau, negeri ini relatif aman dan terkendali. Meskipun rakyat miskin tambah banyak dan jumlah pengangguran terus bertambah (di atas kertas justru sebaliknya), namun menurut staf Beliau negeri ini mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup baik. Mungkin maksudnya terutama pertumbuhan harga sembako, seperti cabai yang pernah menyentuh Rp. 90 ribu per kg, begitu pula bahan kebutuhan pokok lainnya, harganya meroket dan melangit.

Dalam masa kepemimpinan Beliau pemberantasan terorisme begitu gencar, bahkan sampai dalangnya pun bisa di-dor. Jaringannya di-uber sampe ke desa terpencil, hutan dan pegunungan. Pemberantasan terorisme setidaknya mengurangi intensitas dar-der-dor bom meleduk, sehingga memberikan ketenangan bagi rakyat, wisatawan dan investor. Sebuah prestasi memang, bisa membuat AS dan sekutunya berbangga dan memberikan pujian. Bahkan, Obama pun tidak takut-takut lagi untuk berkunjung ke sini.

Namun ironinya prestasi membasmi terorisme tidak diimbangi dengan prestasi membabat korupsi. Seolah terkesan mandul dan tidak berdaya. Tak heran jika koruptor kelas kakap seperti Gayus bisa meng-obok-obok proses dan lembaga peradilan. Belum lagi kasus lainnya yang tidak pernah tuntas, bahkan Kasus Bank Century yang sudah mendapat sorotan dan rekomendasi DPR RI untuk segera dituntaskan, seolah hilang senyap begitu saja.

Ya, banyak catatan bagus, cukup dan kurang sepanjang masa kepemimpinan Beliau. Tentu saja kita sebagai rakyat wajib memberikan apresiasi secara obyektif, meskipun tidak ikut menjadi pendukung kendaraan politiknya, meskpun tidak memilih Beliau dalam pilihan 2009 lalu. Ya, 2014 Beliau akan lengser dengan meninggalkan beragam kelebihan dan kekurangannya.

Harapannya, pengganti Beliau kelak tentu harus lebih berkualitas sebagai RI 1. Siapapun itu, RI 1 mendatang akan mendapat tantangan yang jauh lebih berat, baik secara internal maupun eksternal. Namun hendaknya pengganti Beliau tidak termasuk golongan L-4 (loe lagi loe lagi).

Seolah-olah negeri berpenduduk terbanyak ke-4 di dunia ini kekurangan calon pemimpin bangsa, sehingga yang masuk bursa pencalonan dalam belasa tahun hanya itu-itu saja. Menyedihkan memang. Padahal negeri ini menyimpan banyak potensi pemimpin bangsa, hanya persoalannya para pemimpin tua (60 tahun ke atas) tidak mau mengalah, di sisi lainnya para pemimpin muda (40 tahunan) selalu merasa ewuh-pakewuh (mungkin takut kewalat). Nah, cobalah berembug untuk memikirkan kepentingan rakyat, kepentingan nasional, bahkan kepentingan global. Bagaimanapun, 2014 harus terjadi suksesi yang sukses. (Atep Afia)


2 comments:

  1. Kurniyanto Bayu Anggoro
    @E02-Bayu, @Tugas B05
    Berbicara soal jelang pilpres 2014 kala itu. Kira-kira siapa yang akan menggantikan SBY dari segala kekurangan maupun kelebihan yang ditinggalkan dari masa kepemimpinannya. Ternyata Jokowi…

    ReplyDelete
  2. @E34-Sylvana, @Tugas B05
    Pilpres atau pemilihan presiden setiap lima tahun sekali merupakan ajang politik yang menarik dan berisi aneka kepentingan, demokrasi indonesia sangat dapat dilihat kedewasaannya ketika pemilu dilakukan , tindakan tindakan yang menyimpang seperti politik uang atau monopoli suara disuatu daerah kerap kali mencoreng keelokan bangsa indonesia, seyogyanya politik harus menjunjung LUBERJURDIL agar pesta demokrasi khusunya pemilihan presiden dapat berjalan aman dan kondusif.

    ReplyDelete

Note: Only a member of this blog may post a comment.