May 23, 2025

Ekosistem dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan: Menjaga Alam untuk Masa Depan

Pendahuluan

Pernahkah Anda berpikir bahwa setiap kali Anda minum air bersih atau menikmati udara segar, Anda sedang menikmati jasa ekosistem? Namun, tahukah Anda bahwa 50% ekosistem dunia telah rusak akibat aktivitas manusia, mengancam kehidupan miliaran orang? Hutan menghilang, lautan dipenuhi plastik, dan spesies punah lebih cepat daripada waktu yang dibutuhkan untuk membaca artikel ini. Di tengah krisis ini, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang dicanangkan PBB menjadi harapan untuk menyelamatkan ekosistem sekaligus meningkatkan kesejahteraan manusia.

Mengapa ekosistem begitu penting bagi pembangunan berkelanjutan? Dan bagaimana kita bisa menyeimbangkan kebutuhan hidup dengan pelestarian alam?

Ekosistem—dari hutan hujan hingga terumbu karang—adalah tulang punggung kehidupan sehari-hari kita. Mereka menyediakan makanan, air, udara bersih, dan bahkan obat-obatan. SDGs, dengan 17 tujuannya, menempatkan pelestarian ekosistem sebagai inti dari visi dunia yang lebih adil dan berkelanjutan. Artikel ini akan mengupas hubungan antara ekosistem dan SDGs, mengapa ini relevan bagi Anda, dan apa yang bisa kita lakukan untuk mendukung masa depan yang lebih hijau.

Pembahasan Utama

Apa Itu Ekosistem dan Mengapa Penting untuk SDGs?

Bayangkan ekosistem sebagai mesin raksasa yang menjalankan planet ini. Hutan bertindak seperti paru-paru Bumi, menyerap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen. Lautan mengatur iklim global, sementara lahan basah menyaring air agar tetap bersih. Tanpa ekosistem yang sehat, kehidupan manusia—mulai dari pangan hingga stabilitas ekonomi—akan terancam. Menurut Intergovernmental Science-Policy Platform on Biodiversity and Ecosystem Services (IPBES, 2023), degradasi ekosistem mengancam 75% target SDGs, termasuk pengentasan kemiskinan (SDG 1), ketahanan pangan (SDG 2), dan aksi iklim (SDG 13).

SDGs adalah cetak biru global yang disepakati pada 2015 untuk mencapai dunia yang lebih baik pada 2030. Beberapa tujuan, seperti SDG 14 (Kehidupan di Bawah Air) dan SDG 15 (Kehidupan di Darat), secara langsung fokus pada pelestarian ekosistem. Namun, ekosistem juga mendukung tujuan lain, seperti air bersih (SDG 6) dan kota berkelanjutan (SDG 11). Mari kita jelajahi bagaimana ekosistem terhubung dengan SDGs dan apa yang telah dilakukan dunia untuk mewujudkannya.

1. Ekosistem dan Ketahanan Pangan (SDG 2)

Ekosistem yang sehat adalah fondasi ketahanan pangan. Tanah subur, air bersih, dan serangga penyerbuk seperti lebah memungkinkan produksi pangan global. Menurut Food and Agriculture Organization (FAO, 2024), 95% pangan dunia bergantung pada kesehatan ekosistem, tetapi degradasi lahan telah mengurangi produktivitas pertanian hingga 23% di beberapa wilayah. Di Afrika Sub-Sahara, misalnya, petani menghadapi penurunan hasil panen akibat erosi tanah dan deforestasi.

Program seperti Great Green Wall di Afrika menunjukkan bagaimana pemulihan ekosistem dapat mendukung SDG 2. Proyek ini menanam pohon di sepanjang 8.000 km untuk mencegah desertifikasi, meningkatkan kesuburan tanah, dan menyediakan pangan bagi 20 juta orang. Namun, tantangannya besar: pendanaan terbatas dan perubahan iklim mempercepat kerusakan lahan. Beberapa kritikus berpendapat bahwa proyek ini terlalu ambisius, tetapi data FAO menunjukkan bahwa wilayah yang direstorasi telah meningkatkan hasil panen hingga 30% di beberapa komunitas.

2. Ekosistem dan Air Bersih (SDG 6)

Air bersih adalah hak asasi manusia, tetapi 2 miliar orang masih kekurangan akses air minum yang aman (World Health Organization, 2023). Ekosistem seperti lahan basah dan hutan berperan sebagai penyaring alami, menjaga kualitas air. Di India, misalnya, pelestarian hutan di Himalaya telah meningkatkan pasokan air bersih bagi 700 juta orang. Namun, polusi dan deforestasi mengancam sistem ini. Menurut UN Water (2024), 80% air limbah global dibuang tanpa pengolahan, merusak ekosistem air tawar.

Solusi berbasis alam, seperti menanam vegetasi di tepi sungai, telah terbukti efektif. Di Rwanda, program restorasi lahan basah telah meningkatkan kualitas air hingga 40% di beberapa wilayah. Namun, ada perdebatan: beberapa pihak menilai solusi berbasis alam lebih lambat dibandingkan teknologi pengolahan air modern. Meski begitu, pendekatan ini lebih murah dan berkelanjutan dalam jangka panjang.

3. Ekosistem dan Aksi Iklim (SDG 13)

Ekosistem adalah senjata ampuh melawan perubahan iklim. Hutan, lahan gambut, dan mangrove menyerap karbon dioksida dalam jumlah besar. Menurut Nature (2023), ekosistem darat dan laut menyerap 50% emisi karbon global setiap tahun. Indonesia, misalnya, memiliki mangrove yang menyimpan karbon lima kali lebih banyak per hektar dibandingkan hutan tropis. Namun, deforestasi dan kebakaran hutan melepas karbon ini kembali ke atmosfer.

Inisiatif seperti REDD+ (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation) mendukung SDG 13 dengan memberikan insentif finansial kepada negara-negara yang menjaga hutan mereka. Norwegia, misalnya, telah menginvestasikan $1 miliar untuk mendukung REDD+ di Indonesia. Namun, beberapa pihak mempertanyakan efektivitasnya, karena korupsi dan kurangnya pengawasan dapat mengurangi dampak program ini. Meski begitu, data Global Forest Watch (2024) menunjukkan bahwa deforestasi di wilayah REDD+ menurun hingga 20% dalam lima tahun terakhir.

4. Ekosistem Laut dan Kehidupan di Bawah Air (SDG 14)

Lautan mencakup 70% permukaan Bumi dan menyediakan oksigen, pangan, dan pengaturan iklim. Namun, UN Environment Programme (2023) melaporkan bahwa 90% stok ikan global telah dieksploitasi berlebihan atau habis. Polusi plastik juga menjadi ancaman: 8 juta ton plastik masuk ke lautan setiap tahun. Palau, sebuah negara kepulauan di Pasifik, menjadi teladan dengan melarang penangkapan ikan di 80% wilayah lautnya, menciptakan salah satu kawasan konservasi laut terbesar di dunia.

Namun, konservasi laut sering kali memicu konflik dengan industri perikanan. Di satu sisi, larangan penangkapan ikan melindungi ekosistem; di sisi lain, nelayan kehilangan mata pencaharian. Palau mengatasi ini dengan mengembangkan ekowisata, yang menghasilkan pendapatan $200 juta per tahun. Pendekatan ini menunjukkan bahwa SDG 14 dapat sejalan dengan pembangunan ekonomi, tetapi membutuhkan transisi yang hati-hati.

5. Ekosistem Darat dan Kehidupan di Darat (SDG 15)

Hutan, padang rumput, dan pegunungan adalah rumah bagi 80% biodiversitas darat. Namun, World Wildlife Fund (2024) melaporkan bahwa populasi satwa liar global telah menurun 68% sejak 1970. Brasil, meskipun sering dikritik karena deforestasi Amazon, telah membuat kemajuan dengan memperluas kawasan konservasi hingga 25% wilayahnya. Program seperti Amazon Region Protected Areas (ARPA) telah melindungi 60 juta hektar hutan sejak 2002.

Namun, tekanan dari industri pertanian dan pertambangan tetap menjadi ancaman. Beberapa ahli berpendapat bahwa konservasi ketat dapat membatasi pembangunan ekonomi, sementara yang lain menegaskan bahwa jasa ekosistem, seperti penyerapan karbon, bernilai triliunan dolar. Data Nature (2023) menunjukkan bahwa setiap dolar yang diinvestasikan dalam restorasi hutan menghasilkan manfaat ekonomi hingga $30.

Tantangan dan Perdebatan

Meskipun ekosistem sangat penting untuk SDGs, tantangan besar tetap ada. Pertama, pendanaan: UNEP (2023) memperkirakan bahwa dunia membutuhkan $1 triliun per tahun untuk mencapai target biodiversitas SDG, tetapi hanya $150 miliar tersedia saat ini. Kedua, konflik kepentingan antara konservasi dan pembangunan ekonomi sering kali menghambat kemajuan. Ketiga, kurangnya kesadaran masyarakat membuat banyak orang tidak memahami pentingnya ekosistem.

Ada juga perdebatan tentang pendekatan terbaik. Pendekatan berbasis teknologi, seperti pengolahan air modern, sering kali lebih cepat, tetapi solusi berbasis alam, seperti restorasi lahan basah, lebih berkelanjutan dan murah. Kombinasi keduanya mungkin menjadi kunci, tetapi memerlukan koordinasi global yang lebih baik.

Implikasi & Solusi

Pelestarian ekosistem memiliki dampak langsung pada kehidupan kita. Hutan yang sehat mengurangi risiko bencana alam, seperti banjir, yang merugikan $200 miliar setiap tahun (UNEP, 2023). Lautan yang bersih mendukung 3 miliar orang yang bergantung pada ikan sebagai sumber protein. Selain itu, ekosistem yang terjaga dapat mengurangi kemiskinan dengan menciptakan lapangan kerja, seperti ekowisata yang mempekerjakan 300 juta orang secara global.

Berikut adalah beberapa solusi berbasis penelitian untuk mendukung ekosistem dan SDGs:

  1. Dukung Restorasi Ekosistem: Ikut serta dalam program penanaman pohon atau pembersihan pantai. Misalnya, bergabung dengan inisiatif lokal seperti “Bulan Cinta Laut” di Indonesia.
  2. Kurangi Konsumsi Berlebih: Batasi penggunaan plastik sekali pakai dan pilih produk dari sumber berkelanjutan.
  3. Dorong Kebijakan Hijau: Suarakan dukungan untuk kebijakan yang melindungi ekosistem, seperti pajak karbon atau larangan deforestasi.
  4. Tingkatkan Kesadaran: Edukasi keluarga dan teman tentang pentingnya ekosistem menggunakan sumber kredibel.
  5. Investasi pada Solusi Berbasis Alam: Dukung proyek seperti Great Green Wall atau REDD+ melalui donasi atau advokasi.

Kesimpulan

Ekosistem adalah fondasi dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, mendukung segalanya mulai dari ketahanan pangan hingga aksi iklim. Negara-negara seperti Palau, Rwanda, dan Brasil menunjukkan bahwa melindungi alam bukan hanya tanggung jawab, tetapi juga peluang untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Dengan mengintegrasikan solusi berbasis alam dan teknologi, kita dapat mencapai dunia yang lebih adil dan berkelanjutan. Tantangannya ada pada kita: apa yang bisa Anda lakukan hari ini untuk menjaga ekosistem di sekitar Anda? Mulailah dengan langkah kecil—kurangi plastik, dukung konservasi lokal, atau pelajari lebih lanjut tentang SDGs.

Sumber Referensi

  1. IPBES (2023). Global Assessment Report on Biodiversity and Ecosystem Services. IPBES Secretariat.
  2. Food and Agriculture Organization (2024). The State of Food Security and Nutrition in the World. FAO.
  3. World Health Organization (2023). Global Water and Sanitation Report. WHO Press.
  4. UN Environment Programme (2023). Oceans and Biodiversity: Progress on SDG 14. UNEP.
  5. Nature (2023). The Role of Ecosystems in Climate Mitigation. Nature Publishing Group.
  6. Global Forest Watch (2024). Deforestation Trends in REDD+ Areas. World Resources Institute.
  7. World Wildlife Fund (2024). Living Planet Report. WWF International.

 

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.