Oct 17, 2021

Lingkungan “Perawan” yang Didambakan

 

 

Gambar : http://assets.climatecentral.org

Oleh : Atep Afia Hidayat - Sebenarnya manusia dengan lingkungan adalah satu kesatuan. Manusia merupakan komponen biotik lingkungan, bagian yang tak terpisahkan beserta mahluk hidup dan faktor abiotik. Sejatinya di antara komponen lingkungan terjadi interaksi dan sinergi yang positif dan proaktif, sehingga kondisi lingkungan makin baik dan berkembang.

 

 

 

Tak banyak orang yang dilahirkan dalam kondisi lingkungan yang masih “perawan”. Di mana harmoni alam masih mendominasi, udara dalam komposisi  gas yang harmonis, air masih jernih tidak berlimbah dan tidak bersampah, serta vegetasi masih beragam menutupi habitat.

Tak banyak tempat di Planet di Bumi yang kondisi ekoisistem atau lingkungannya masih “perawan”. Di Indonesia hanya ada beberapa titik di pedalaman Sumatera, Kalimantan dan Papua, dengan masyarakat lokal yang begitu arif dalam memperlakukan lingkungan.

Idealnya manusia memiliki habitat dengan kondisi lingkungan yang masih harmonis, ketika menghirup udara berasa segar, ketika minum tersedia air jernih yang kaya mineral, dan ketika makan tersaji bahan pangan yang organik yang bebas kimia sintetis.

Kembali ke alam adalah konsep yang sekarang banyak didengang-dengungkan. Artinya kondisi kehidupan saat ini sudah menyimpang jauh dari keharmonisan dengan alam. Sudah begitu banyak rekayasa teknologi yang menyelinap ke dalam beragam aspek kehidupan, sehingga manusia dan kehidupannya sudah kehilangan interaksi yang serasi dengan alam.

Sebenarnya manusia dengan lingkungan adalah satu kesatuan. Manusia merupakan komponen biotik lingkungan, bagian yang tak terpisahkan beserta mahluk hidup dan faktor abiotik. Sejatinya di antara komponen lingkungan terjadi interaksi dan sinergi yang positif dan proaktif, sehingga kondisi lingkungan makin baik dan berkembang.

Planet Bumi pada mulanya merupakan lingkungan yang paling ideal untuk kehidupan manusia. Terdapat keragaman genetik pada hewan dan tumbuhan, semuanya memiliki nilai manfaat untuk kehidupan manusia. Bahkan “mahluk hidup” yang hanya bersel satu pun seperti bakteri pun memiliki kegunaan bagi manusia, baik yang berperan di dalam atau di luar tubuh manusia. Yang berada dalam tubuh manusia antara lain membantu proses pencernaan, sedangkan yang berada di luar tubuh manusia antara lain berperan dalam dekomposisi.

Sebagai gambaran tubuh manusia banyak dihuni oleh bakteri. Bahkan jumlah keseluruhan melebihi jumlah sel tubuh manusia. Kebanyakan bakteri menghuni saluran pencernaan, contohnya Escherichia coli berada di permukaan usus besar. Selain itu bakteri tersebar di permukaan mulut, mata, kulit, tangan dan kaki manusia. Beragam jenis dan aktifitas bakteri sangat mempengaruhi kondisi tubuh manusia.

Bakteri positif akan bekerja optimal jika terdapat interaksi yang harmonis antara manusia dengan lingkungannya. Sebaliknya bakteri negatif akan bekerja optimal jika interaksi antara manusia dengan lingkungan tidak bersifat harmonis. Bakteri positif akan mendukung kesehatan tubuh manusia, sebaliknya bakteri negatif menimbulkan kondisi tubuh manusia dalam keadaan sakit.

Dalam hal ini bakteri positif bersahabat dan membantu fungsi sel tubuh manusia, sebaliknya bakteri negtif justru bersifat menyerang atau meng-invasi sel tubuh manusia. Sel tubuh manusia memiliki apa yang dinamakan antibodi yang berfungsi menghalau serangan bakteri negatif.

Lingkungan yang harmoni, alami dan sehat akan mendorong kondisi sel-sel tubuh manusia memiliki daya tahan yang tinggi terhadap serangan bakteri negatif, virus atau penyebab penyakit lainnya. Maka tak heran penduduk yang tinggal di kawasan yang kondisi lingkungannya masih terawat baik, jarang terserang penyakit yang disebabkan bakteri atau virus tertentu. Hal itu karena perairan, tanah, udara dan vegetasi dalam kondisi seimbang.

Berbagai program dan kegiatan mengembalikan keharmonisan lingkungan sudah banyak dilakukan, mulai dari program udara bersih, program kali bersih, penanaman sejuta pohon, dan sebagainya. Namun harmoni alami sulit kembali, kondisi lingkungan yang “perawan” hanya tinggal masa lalu.

Ratusan ribu kilometer persegi area “lingkungan perawan” sudah disulap menjadi perkebunan kelapa sawit, karet, tanaman pangan, pertambangan, peternakan, pemukiman, bahkan perkotaan. Bisa dikatakan perkotaan adalah simbol lingkungan yang paling rusak, apalagi yang berstatus metropolitan atau megapolitan.

Faktanya terjadi eksodus penduduk secara besar-besaran dari pedesaan ke perkotaan, dengan demikian kebanyakan manusia menempati lingkungan yang tidak harmoni. Tinggal di lingkungan perkotaan lebih rentan terhadap beragam gangguan kesehatan. Maka tak heran usaha yang pertumbuhannya paling cepat adalah bidang kesehatan, seperti rumah sakit, klinik, praktek dokter, dan sebagainya. Ya, di kota orang lebih mudah terkena penyakit, sehingga makin banyak yang berobat. Penyebabnya tak lain kondisi lingkungan yang makin tidak layak untuk kehidupan manusia.

Lingkungan yang “perawan” kini semakin langka, tak heran jika ekowisata, yaitu kegiatan pariwisata yang mengandalkan keharmonisan alam, kini menjadi tujuan utama penduduk perkotaan. Sebanarnya secara naluri setiap orang mengobsesikan kondisi lingkungan yang alamiah, setiap orang memimpikan kondisi lingkungan yang “perawan”.

 

 

 

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.