Apr 14, 2014

Jokowi, Prabowo dan Mr X

Oleh : Atep Afia Hidayat - Sampai dengan saat ini ada dua nama teratas untuk kandidat RI 1 periode 2014 – 2019, tak lain dari Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Soebianto (Prabowo). Meskipun partai politik (Parpol) pengusungnya dalam pemilihan umum  anggota legistlatif (Pileg) tidak mencapai angka 20 persen, nama kedua nama itu kadung populer di masyarakat  termasuk berdasarkan hasil beberapa survey.

Jokowi dan Prabowo sudah begitu percaya diri, dan mungkin dalam benak mereka masing-masing tinggal menghitung bulan untuk segera menduduki kursi RI-1. Keduanya begitu terobsesi dan berambisi, dengan berbagai strategi dan maneuver yang dimainkannya dalam pentas politik nasional.

Lantas, siapa yang lebih berpeluang ? Sulit diprediksi mengingat perolehan suara Parpol pengusungnya dalam Pileg 9 April 2014 masih tergolong rendah, masih kalah dengan suara Golput. Perolehan suara kemaren PDIP pada kisaran 18 – 19 persen dan Gerindra 11 – 12 persen. Adapun Partai Golkar pada kisaran 14 – 15 persen, namun mengusung Capres Aburizal Bakrie (ARB) yang relatif kurang populer dibanding Jokowi dan Prabowo.

Dalam ajang Pileg baik efek Jokowi maupun Prabowo memang cukup nyata dalam menaikan perolehan suara Parpol dibanding Pileg sebelumnya, namun di sisi lainnya ada bakal kandidat Capres yang memiliki efek yang relatif lebih besar, yaitu efek Rhoma Irama yang mendongkrak kenaikan suara PKB sampai 100 persen. Lantas akankah Rhoma Irama yang akan menjadi Mr X sebagai kandidat Capres pesaing Jokowi dan Prabowo tersebut ?

Belakangan ini Jokowi tampak lebih progresif dalam bergerilya mencari dukungan berbagai pihak, mulai dari beberapa ketua Parpol, mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad sampai Dubes Amerika Serikat, Robert O Blake, dan beberapa perwakilan duta besar lainnya.  Optimisme Jokowi makin mengkristal akan pencapresan dirinya, meskipun kritik datang dari berbagai pihak, mulai dari isu mengenai realisasi program  kerja sebagai gubernur DKI yang belum nyata, sampai tudingan sebagai Capres boneka. Ya, banyak pihak yang mengkhawatirkan setelah memenangi Pilpres Jokowi bakal dikendalikan Megawati. Meskipun di sisi lainnya Jokowi dengan tegas menepis hal tersebut.

Di sisi lainnya kubu Prabowo juga aktif merencanakan koalisi dengan beberapa Parpol lainnya, bahkan akhir bulan April ini bakal ditentukan siapa bakal Cawapres yang akan mendamping Prabowo.

Sebenarnya dengan berbekal suara Pileg yang dalam kisaran belasan persen, peluang Jokowi dan Prabowo untuk memenangkan Pilpres masih terlalu berat. Diperlukan strategi koalisi dengan Parpol lain untuk meraih dukungan pemilih. Namun itupun belum menjamin keduanya bakal lolos ke putaran kedua Pilpres, sebab faktor Mr X sebagai Capres lainnya tidak dapat dikesampingkan.

Berdasarkan hasil peraihan suara dalam Pileg dapat dikelompokan menjadi Parpol papan atas, menengah dan bawah. Parpol papan atas meraup suara di atas 10 persen, papan menengah lima sampai sepuluh persen, dan papan bawah di bawah lima persen.

Persoalannya untuk katagori papan atas ini peraihan suara masih jauh dari apa yang diharapkan, idealnya meraih suara di atas 30 persen, bahkan 50 persen.  Sebagai dampaknya ya itu tadi, sulit memprediksi Capres mana yang paling berpotensi memenangkan Pilpres. Dampak lainnya ialah sebagaimana terjadi pada dua periode sebelumnya, pemerintahan hasil koalisi cenderung berkinerja lemah, dan lebih banyak menguras energi untuk  menyelesaikan persoalan yang timbul dalam koalisi.

Dengan demikian, tantangan yang dihadapi Jokowi, Prabowo atau Mr X jika sudah menjadi RI 1 menjadi begitu berat. Bagaimanapun dalam parlemen yang terpecah-belah menjadi sepuluh kotak, sulit mencari kata sepakat, termasuk dalam urusan mengedepankan kepentingan rakyat. Mesekipun sebenarnya sewaktu kampanye Pemilu seribu janji manis sudah ditabur untuk segenap rakyat. (Atep Afia).

Sumber Gambar:
http://medianuranisumedang.blogspot.com/2012/11/12-gokil-abis-bila-rhoma-irama-jadi.html

5 comments:

  1. Menurut saya, Koalisi ataupun tidak, tidak berpengaruh. asalkan Kinerja yang ditampilkan jelas, wakil rakyat baik itu di MPR maupun Ddi DPR merupakan orang-orang dengan kapasitas yang baik dibidang nya masing-masing. Sebaik nya, yang lebih ditekankan adalah bukan urusan koalisi ataupun tidaknya, melainkan siapa yang akan menduduki kursi pemerintahan yang mewakili rakyait nanti nya, dengan memperhatikan kualitas dan loyalitas terhadap rakyat itu sendiri.

    ReplyDelete
  2. Menurut saya jokowi memenangkan pemilihan presiden sekarang karena memang dia sudah menguasai pemerintahan terbukti walaupun jokowi telah di jelek-jelekan toh dia tetap menang pemilu jadi tampa menjelek-jelekan satu sama lain masyarakat sudah bisa menilai mana yang pantas untuk memimpin NKRI

    ReplyDelete
  3. menurut saya,koalisi ataupun tidak itu tidak berpengaruh dalam kinerja yang ditampilkan jelas.sebaiknya kita tidak usaha membahas koalisi atau tidak,itu tidak penting tapi yang lebih penting adalah bagaimana kita memperhatikan kualitas dan loyalitas terhadap rakyat itu sendiri dan menilai mana yang lebih baik untuk menjadi pemimpin kita kelak.

    ReplyDelete
  4. menurut saya,koalisi ataupun tidak itu tidak berpengaruh dalam kinerja yang ditampilkan jelas.sebaiknya kita tidak usaha membahas koalisi atau tidak,itu tidak penting tapi yang lebih penting adalah bagaimana kita memperhatikan kualitas dan loyalitas terhadap rakyat itu sendiri dan menilai mana yang lebih baik untuk menjadi pemimpin kita kelak.

    ReplyDelete
  5. Menurut saya siapa saja koalisinya tidak berpengaruh yang terpenting kinerja dalem membangun negara Indonesia dan dapet mampu menepati janji-janjiny.

    ReplyDelete

Note: Only a member of this blog may post a comment.