Jul 6, 2025

Menyusun Diagnosis Berdasarkan DSM-5 untuk Terapi Pecandu Judi Online

Pendahuluan: Ketika Permainan Menjadi Gangguan

"Kecanduan bukan soal kehendak lemah, tapi tentang otak yang terjebak dalam pola perilaku kompulsif."

Di era digital, judi online menjelma menjadi candu yang tak kasat mata. Akses mudah, tampilan menarik, dan janji kemenangan instan membuat jutaan orang terjebak dalam lingkaran adiksi. Menurut data Satuan Tugas Pemberantasan Perjudian Daring, sekitar 4 juta orang di Indonesia mengalami kecanduan judi online.

Namun, bagaimana profesional kesehatan jiwa menentukan bahwa seseorang benar-benar mengalami gangguan ini?

Jawabannya terletak pada DSM-5 (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition)—panduan diagnosis gangguan mental yang digunakan secara global. Artikel ini akan membahas bagaimana DSM-5 digunakan untuk menyusun diagnosis pada pecandu judi online, serta bagaimana diagnosis tersebut menjadi dasar terapi yang efektif.

Pembahasan Utama

🔍 Apa Itu DSM-5?

DSM-5 adalah sistem klasifikasi gangguan mental yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association (APA). Edisi kelima ini dirilis pada tahun 2013 dan menjadi standar global dalam diagnosis gangguan jiwa.

Tujuan utama DSM-5:

  • Menyediakan kriteria diagnostik yang jelas dan terstandarisasi
  • Memfasilitasi komunikasi antar profesional kesehatan jiwa
  • Membantu dalam penelitian, terapi, dan kebijakan kesehatan mental

🎰 Gambling Disorder dalam DSM-5

Gambling Disorder adalah istilah resmi dalam DSM-5 untuk kecanduan judi, termasuk judi online. Gangguan ini dikategorikan dalam kelompok Addictive Disorders, sejajar dengan kecanduan zat seperti alkohol dan narkoba.

Kriteria Diagnostik Gambling Disorder (DSM-5):

Seseorang didiagnosis mengalami Gambling Disorder jika memenuhi 4 dari 9 kriteria berikut dalam periode 12 bulan:

  1. Perlu berjudi dengan jumlah uang yang lebih besar untuk mencapai kepuasan
  2. Gelisah atau mudah tersinggung saat mencoba berhenti berjudi
  3. Upaya berulang kali untuk mengendalikan atau menghentikan perjudian yang gagal
  4. Terus-menerus memikirkan judi (misalnya, merencanakan strategi atau cara mendapatkan uang)
  5. Berjudi saat merasa stres, cemas, atau depresi
  6. Setelah kalah, kembali berjudi untuk “balik modal”
  7. Berbohong untuk menyembunyikan aktivitas judi
  8. Kehilangan relasi, pekerjaan, atau peluang karena berjudi
  9. Mengandalkan orang lain untuk menyelesaikan masalah keuangan akibat judi

“Gangguan ini tak hanya berdampak pada manifestasi klinis, tetapi juga mengganggu fungsi sosial dan pekerjaan.” — dr. Nova Riyanti Yusuf, SpKJ

🧠 Proses Menyusun Diagnosis

1. Wawancara Klinis dan Observasi

  • Menggali riwayat hidup, gejala, dan dampaknya
  • Menggunakan alat bantu seperti SCID atau MINI

2. Identifikasi Gejala dan Durasi

  • Menilai apakah gejala sesuai dengan kriteria DSM-5
  • Memastikan gejala berlangsung minimal 12 bulan

3. Pengecualian Diagnostik

  • Pastikan gejala bukan akibat zat, kondisi medis, atau gangguan lain

4. Penilaian Komorbiditas

  • Gambling Disorder sering muncul bersama gangguan kecemasan, depresi, dan gangguan kepribadian

5. Penentuan Tingkat Keparahan

  • Ringan: 4–5 gejala
  • Sedang: 6–7 gejala
  • Berat: 8–9 gejala

⚖️ Perspektif dan Perdebatan

Pandangan Pro:

  • DSM-5 memberikan kerangka kerja yang konsisten dan berbasis bukti
  • Memudahkan komunikasi antar tenaga medis
  • Mendukung terapi berbasis data dan evaluasi objektif

Pandangan Kontra:

  • Risiko labeling dan stigma sosial
  • Kurang mempertimbangkan konteks budaya dan spiritual
  • Beberapa diagnosis dianggap terlalu luas atau kabur

“DSM-5 adalah alat, bukan vonis. Diagnosis harus digunakan untuk membantu, bukan menghakimi.” — APA

Implikasi & Solusi

🌟 Dampak Positif Diagnosis DSM-5

  • Pasien: Mendapatkan penanganan yang tepat dan terarah
  • Tenaga Medis: Memiliki acuan yang jelas untuk terapi dan evaluasi
  • Masyarakat: Meningkatkan literasi kesehatan mental dan mengurangi stigma
  • Sistem Kesehatan: Efisiensi dalam penanganan gangguan jiwa

💡 Solusi Praktis untuk Terapi Pecandu Judi Online

  1. Cognitive Behavioral Therapy (CBT)
    • Mengubah pola pikir dan perilaku adiktif
    • Efektif untuk mengatasi dorongan berjudi dan memperbaiki kontrol impuls
  2. Terapi Kelompok dan Dukungan Keluarga
    • Meningkatkan motivasi dan rasa tanggung jawab
    • Mengurangi isolasi sosial
  3. Farmakoterapi (jika diperlukan)
    • Obat antidepresan atau mood stabilizer untuk gangguan komorbid
  4. Rehabilitasi Holistik
    • Pendekatan psikologis, medis, dan sosial secara terpadu
  5. Edukasi dan Pencegahan
    • Literasi digital dan kampanye anti-judi di sekolah dan komunitas

Kesimpulan: Diagnosis Adalah Awal, Bukan Akhir

Menyusun diagnosis berdasarkan DSM-5 bukan sekadar mencocokkan gejala dengan daftar. Ia adalah proses ilmiah dan empatik untuk memahami manusia secara utuh. Dengan pendekatan yang tepat, diagnosis bisa menjadi pintu masuk menuju pemulihan, bukan sekadar label.

Pertanyaannya: apakah kita sudah cukup memahami bahwa gangguan judi online bukan kelemahan, melainkan kondisi yang bisa ditangani secara ilmiah dan manusiawi?

Sumber & Referensi

  • Indonesia.go.id – Gawat! Kecanduan Judi Online Akibatkan Gangguan Mental
  • Sehat Negeriku – Tingkat Candu Judi Online Seperti Zat Adiktif
  • Tempo.co – Terapi dan Rehabilitasi yang Dibutuhkan Pecandu Judi Online
  • American Psychiatric Association – DSM-5
  • WHO Mental Health Atlas 2022
  • Journal of Gambling Studies
  • Universitas Indonesia – Departemen Psikiatri FKUI
  • Satupersen.net – Edukasi Kesehatan Mental
  • KlikDokter – Panduan Diagnosis Gangguan Mental
  • Kompas Health – Mengenal DSM-5 dan Fungsinya

Hashtag

#DSM5 #DiagnosisMental #GamblingDisorder #KesehatanJiwa #PsikiatriIndonesia #MentalHealthAwareness #StopJudiOnline #CBTIndonesia #PemulihanAdiksi #LiterasiKesehatanMental

 

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.