Pendahuluan: Ketika Permainan Menjadi Gangguan
"Kecanduan bukan soal kehendak lemah, tapi tentang
otak yang terjebak dalam pola perilaku kompulsif."
Di era digital, judi online menjelma menjadi candu yang tak kasat mata. Akses mudah, tampilan menarik, dan janji kemenangan instan membuat jutaan orang terjebak dalam lingkaran adiksi. Menurut data Satuan Tugas Pemberantasan Perjudian Daring, sekitar 4 juta orang di Indonesia mengalami kecanduan judi online.
Namun, bagaimana profesional kesehatan jiwa menentukan bahwa seseorang benar-benar mengalami gangguan ini?Jawabannya terletak pada DSM-5 (Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition)—panduan diagnosis
gangguan mental yang digunakan secara global. Artikel ini akan membahas
bagaimana DSM-5 digunakan untuk menyusun diagnosis pada pecandu judi online,
serta bagaimana diagnosis tersebut menjadi dasar terapi yang efektif.
Pembahasan Utama
🔍 Apa Itu DSM-5?
DSM-5 adalah sistem klasifikasi gangguan mental yang
diterbitkan oleh American Psychiatric Association (APA). Edisi kelima
ini dirilis pada tahun 2013 dan menjadi standar global dalam diagnosis gangguan
jiwa.
Tujuan utama DSM-5:
- Menyediakan
kriteria diagnostik yang jelas dan terstandarisasi
- Memfasilitasi
komunikasi antar profesional kesehatan jiwa
- Membantu
dalam penelitian, terapi, dan kebijakan kesehatan mental
🎰 Gambling Disorder dalam
DSM-5
Gambling Disorder adalah istilah resmi dalam DSM-5
untuk kecanduan judi, termasuk judi online. Gangguan ini dikategorikan dalam
kelompok Addictive Disorders, sejajar dengan kecanduan zat seperti
alkohol dan narkoba.
Kriteria Diagnostik Gambling Disorder (DSM-5):
Seseorang didiagnosis mengalami Gambling Disorder jika
memenuhi 4 dari 9 kriteria berikut dalam periode 12 bulan:
- Perlu
berjudi dengan jumlah uang yang lebih besar untuk mencapai kepuasan
- Gelisah
atau mudah tersinggung saat mencoba berhenti berjudi
- Upaya
berulang kali untuk mengendalikan atau menghentikan perjudian yang gagal
- Terus-menerus
memikirkan judi (misalnya, merencanakan strategi atau cara mendapatkan
uang)
- Berjudi
saat merasa stres, cemas, atau depresi
- Setelah
kalah, kembali berjudi untuk “balik modal”
- Berbohong
untuk menyembunyikan aktivitas judi
- Kehilangan
relasi, pekerjaan, atau peluang karena berjudi
- Mengandalkan
orang lain untuk menyelesaikan masalah keuangan akibat judi
“Gangguan ini tak hanya berdampak pada manifestasi klinis,
tetapi juga mengganggu fungsi sosial dan pekerjaan.” — dr. Nova Riyanti Yusuf,
SpKJ
🧠 Proses Menyusun
Diagnosis
1. Wawancara Klinis dan Observasi
- Menggali
riwayat hidup, gejala, dan dampaknya
- Menggunakan
alat bantu seperti SCID atau MINI
2. Identifikasi Gejala dan Durasi
- Menilai
apakah gejala sesuai dengan kriteria DSM-5
- Memastikan
gejala berlangsung minimal 12 bulan
3. Pengecualian Diagnostik
- Pastikan
gejala bukan akibat zat, kondisi medis, atau gangguan lain
4. Penilaian Komorbiditas
- Gambling
Disorder sering muncul bersama gangguan kecemasan, depresi, dan gangguan
kepribadian
5. Penentuan Tingkat Keparahan
- Ringan:
4–5 gejala
- Sedang:
6–7 gejala
- Berat:
8–9 gejala
⚖️ Perspektif dan Perdebatan
✅ Pandangan Pro:
- DSM-5
memberikan kerangka kerja yang konsisten dan berbasis bukti
- Memudahkan
komunikasi antar tenaga medis
- Mendukung
terapi berbasis data dan evaluasi objektif
❌ Pandangan Kontra:
- Risiko
labeling dan stigma sosial
- Kurang
mempertimbangkan konteks budaya dan spiritual
- Beberapa
diagnosis dianggap terlalu luas atau kabur
“DSM-5 adalah alat, bukan vonis. Diagnosis harus digunakan
untuk membantu, bukan menghakimi.” — APA
Implikasi & Solusi
🌟 Dampak Positif
Diagnosis DSM-5
- Pasien:
Mendapatkan penanganan yang tepat dan terarah
- Tenaga
Medis: Memiliki acuan yang jelas untuk terapi dan evaluasi
- Masyarakat:
Meningkatkan literasi kesehatan mental dan mengurangi stigma
- Sistem
Kesehatan: Efisiensi dalam penanganan gangguan jiwa
💡 Solusi Praktis untuk
Terapi Pecandu Judi Online
- Cognitive
Behavioral Therapy (CBT)
- Mengubah
pola pikir dan perilaku adiktif
- Efektif
untuk mengatasi dorongan berjudi dan memperbaiki kontrol impuls
- Terapi
Kelompok dan Dukungan Keluarga
- Meningkatkan
motivasi dan rasa tanggung jawab
- Mengurangi
isolasi sosial
- Farmakoterapi
(jika diperlukan)
- Obat
antidepresan atau mood stabilizer untuk gangguan komorbid
- Rehabilitasi
Holistik
- Pendekatan
psikologis, medis, dan sosial secara terpadu
- Edukasi
dan Pencegahan
- Literasi
digital dan kampanye anti-judi di sekolah dan komunitas
Kesimpulan: Diagnosis Adalah Awal, Bukan Akhir
Menyusun diagnosis berdasarkan DSM-5 bukan sekadar
mencocokkan gejala dengan daftar. Ia adalah proses ilmiah dan empatik untuk
memahami manusia secara utuh. Dengan pendekatan yang tepat, diagnosis bisa
menjadi pintu masuk menuju pemulihan, bukan sekadar label.
Pertanyaannya: apakah kita sudah cukup memahami bahwa
gangguan judi online bukan kelemahan, melainkan kondisi yang bisa ditangani
secara ilmiah dan manusiawi?
Sumber & Referensi
- Indonesia.go.id
– Gawat! Kecanduan Judi Online Akibatkan Gangguan Mental
- Sehat
Negeriku – Tingkat Candu Judi Online Seperti Zat Adiktif
- Tempo.co
– Terapi dan Rehabilitasi yang Dibutuhkan Pecandu Judi Online
- American
Psychiatric Association – DSM-5
- WHO
Mental Health Atlas 2022
- Journal
of Gambling Studies
- Universitas
Indonesia – Departemen Psikiatri FKUI
- Satupersen.net
– Edukasi Kesehatan Mental
- KlikDokter
– Panduan Diagnosis Gangguan Mental
- Kompas
Health – Mengenal DSM-5 dan Fungsinya
Hashtag
#DSM5 #DiagnosisMental #GamblingDisorder #KesehatanJiwa
#PsikiatriIndonesia #MentalHealthAwareness #StopJudiOnline #CBTIndonesia
#PemulihanAdiksi #LiterasiKesehatanMental
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.