Pendahuluan: Ketika Layar Menjadi Ladang Adiksi
"Kecanduan bukan soal kehendak lemah, tapi tentang
otak yang terprogram ulang."
Di era digital, judi online menjelma menjadi candu yang tak kasat mata. Akses mudah, tampilan menarik, dan janji kemenangan instan membuat jutaan orang terjebak dalam lingkaran adiksi. Menurut PPATK, lebih dari 3,2 juta warga Indonesia bermain judi online pada tahun 2023.
Namun, di balik perilaku kompulsif itu, ada sesuatu yang jauh lebih kompleks: perubahan pada struktur dan fungsi otak.Artikel ini akan mengajak Anda menyelami bagaimana judi
online memengaruhi otak manusia, mengapa ia bisa menjadi candu, dan apa yang
bisa dilakukan untuk mencegah atau memulihkannya.
Pembahasan Utama
🔍 Mekanisme Otak Saat
Berjudi
Setiap kali seseorang berjudi, terutama saat menang atau
hampir menang, otak melepaskan dopamin—zat kimia yang memicu rasa senang
dan puas. Dopamin ini memperkuat perilaku berjudi, membuat otak “belajar” bahwa
judi adalah sumber kenikmatan.
“Dorongan dopamin saat menang atau hampir menang membuat
pemain ingin terus mengulang perilaku tersebut.” — Kompas Health
Namun, seiring waktu, otak mulai membutuhkan stimulus
yang lebih besar untuk merasakan efek yang sama. Ini mirip dengan toleransi
pada zat adiktif seperti narkoba.
🧠 Perubahan Neurobiologis
pada Pecandu Judi Online
Menurut psikiater dr Lahargo Kembaren, SpKJ, kecanduan judi
online menyebabkan gangguan pada sirkuit saraf otak, termasuk:
Neurotransmiter yang Terganggu |
Dampak pada Perilaku dan Emosi |
Dopamin |
Peningkatan dorongan berjudi dan pencarian sensasi |
Serotonin |
Gangguan suasana hati dan impulsivitas |
Norepinefrin |
Peningkatan stres dan kecemasan |
Glutamat |
Gangguan pengambilan keputusan |
Kortisol |
Respons stres berlebihan |
Opioid |
Penurunan kontrol terhadap rasa sakit dan emosi |
Selain itu, terjadi gangguan pada regio otak seperti:
- Ventral
striatum: pusat reward dan motivasi
- Ventromedial
prefrontal cortex: pengambilan keputusan dan kontrol impuls
- Amygdala:
pengolahan emosi dan rasa takut
“Inilah yang menyebabkan pecandu judi sulit berhenti—karena
keseimbangan saraf otak terganggu.” — dr Lahargo
🔄 Siklus Adiksi Judi
Online
- Eksplorasi:
mencoba karena penasaran atau ajakan
- Reward:
menang kecil → pelepasan dopamin
- Pengulangan:
otak mengasosiasikan judi dengan kenikmatan
- Toleransi:
butuh taruhan lebih besar untuk efek yang sama
- Kompulsif:
berjudi meski tahu risikonya
- Disfungsi:
gangguan relasi, pekerjaan, dan kesehatan mental
⚖️ Perspektif dan Perdebatan
✅ Pandangan Pro (dari sisi
teknologi):
- Judi
online dianggap sebagai hiburan digital legal di beberapa negara
- Memberikan
peluang ekonomi melalui industri game dan iklan
❌ Pandangan Kontra (dari sisi
kesehatan dan sosial):
- Menyebabkan
kecanduan yang mirip dengan narkoba
- Merusak
struktur sosial dan ekonomi keluarga
- Menimbulkan
gangguan psikologis yang serius
Studi dari UCLA menunjukkan bahwa perubahan sirkuit otak
pada pecandu judi mirip dengan pecandu kokain.
Implikasi & Solusi
🌟 Dampak Sosial dan
Kesehatan Mental
- Individu:
Kehilangan kontrol diri, gangguan mood, dan isolasi sosial
- Keluarga:
Konflik, trauma, dan kerugian finansial
- Masyarakat:
Meningkatnya angka kriminalitas dan gangguan sosial
- Negara:
Beban kesehatan mental dan penegakan hukum
💡 Solusi Berbasis
Penelitian
- Konseling
dan Terapi Psikiatri
- CBT
(Cognitive Behavioral Therapy) untuk mengubah pola pikir
- Terapi
kelompok dan dukungan keluarga
- Edukasi
Digital di Sekolah dan Komunitas
- Literasi
digital tentang bahaya judi online
- Simulasi
dampak finansial dan psikologis
- Pengawasan
Gadget oleh Orang Tua
- Batasi
akses aplikasi dan situs berisiko
- Gunakan
parental control dan komunikasi terbuka
- Regulasi
dan Penegakan Hukum
- Blokir
situs ilegal
- Kampanye
anti-judi oleh pemerintah dan tokoh masyarakat
- Alternatif
Positif untuk Hiburan dan Finansial
- Dorong
kegiatan produktif seperti bisnis kecil, olahraga, dan seni
- Edukasi
tentang investasi dan pengelolaan keuangan
Kesimpulan: Otak Bisa Pulih, Asal Diberi Kesempatan
Kecanduan judi online bukan sekadar kebiasaan buruk, tapi
gangguan neurobiologis yang nyata. Dengan memahami apa yang terjadi di otak,
kita bisa lebih empatik dan strategis dalam mencegah serta memulihkannya. Otak
memiliki kemampuan untuk beradaptasi dan pulih—asal diberi waktu, dukungan, dan
intervensi yang tepat.
Pertanyaannya: apakah kita siap membantu otak kita keluar
dari jerat digital yang merusak ini?
Sumber & Referensi
- DetikHealth
– Ini yang Terjadi pada Otak saat Kecanduan Judi Online
- Kompas
Health – Bagaimana Judi Memengaruhi Otak dan Siapa yang Rentan Kecanduan
- CNBC
Indonesia – Ahli Saraf Ungkap Efek Ngeri Kecanduan Judi Online
- DSM-5
– Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders
- WHO
Mental Health Atlas 2022
- APA –
Guide to Behavioral Addictions
- Universitas
Indonesia – Departemen Psikiatri FKUI
- Journal
of Gambling Studies
- Satupersen.net
– Edukasi Kesehatan Mental Digital
- KlikDokter
– Mekanisme Otak Pecandu Judi
Hashtag
#KecanduanJudiOnline #Neuropsikiatri #KesehatanMental
#StopJudiOnline #CBTIndonesia #PemulihanAdiksi #LiterasiDigital
#MentalHealthAwareness #PsikiatriDigital #HidupSehatTanpaJudi
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.