🧠 Pendahuluan: Apakah Kota Kita Membuat Kita Bahagia?
Bayangkan sebuah kota yang tidak hanya dipenuhi gedung pencakar langit dan jalanan sibuk, tetapi juga taman hijau, jalur sepeda, ruang publik yang ramah, dan komunitas yang saling mendukung. Apakah kota seperti ini bisa membuat kita lebih sehat secara mental?
Menurut WHO, lebih dari 300 juta orang di dunia mengalami
depresi, dan angka ini terus meningkat di kawasan urban. Di Indonesia, sekitar
6,1% penduduk usia 15 tahun ke atas menunjukkan gejala kecemasan dan depresi1.
Kota yang padat, bising, dan minim ruang hijau sering kali menjadi pemicu stres
kronis. Maka, pertanyaannya bukan hanya soal pembangunan fisik, tetapi: apakah
kota kita dirancang untuk manusia?
🏙️ Pembahasan Utama: Kota
Berkelanjutan dan Kesehatan Mental
1. Apa Itu Kota Berkelanjutan?
Kota berkelanjutan adalah kota yang dirancang untuk memenuhi
kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan masa depan. Konsep ini mencakup:
- Efisiensi
energi dan transportasi
- Ruang
hijau yang luas
- Akses
terhadap layanan publik
- Partisipasi
sosial dan inklusivitas
SDGs 11 menekankan pentingnya kota dan komunitas yang
berkelanjutan sebagai fondasi kesejahteraan.
2. Urbanisme dan Kesehatan Mental: Apa Kaitannya?
Penelitian menunjukkan bahwa desain kota memengaruhi
kesehatan mental melalui beberapa jalur:
- Ruang
Terbuka Hijau: Taman kota dan hutan urban terbukti menurunkan tingkat
stres dan depresi
- Konektivitas
Sosial: Ruang publik yang inklusif mendorong interaksi sosial dan rasa
memiliki
- Mobilitas
Aktif: Jalur sepeda dan pejalan kaki meningkatkan aktivitas fisik yang
berdampak positif pada mood
- Desain
Berpusat pada Manusia: Konsep “human-centered design” menempatkan
kebutuhan psikologis warga sebagai prioritas
Dr. Tri Mulyani Sunarharum dari UGM menyebut bahwa
perencanaan kota harus mengintegrasikan “eco-wellbeing” dan “social equity”
sebagai jalan menuju kota yang sehat secara mental.
3. Studi Kasus: Bekasi dan Healing Architecture
Penelitian di Kecamatan Jatiasih, Bekasi, menunjukkan bahwa
ruang terbuka hijau berperan dalam menurunkan tingkat depresi warga. Konsep
“healing architecture” dan “healing garden” mulai diterapkan untuk menciptakan
lingkungan yang menenangkan secara psikologis.
🌱 Implikasi dan Solusi:
Merancang Kota yang Menyembuhkan
Dampak Positif Kota Berkelanjutan:
- Menurunkan
risiko gangguan mental seperti depresi dan kecemasan
- Meningkatkan
kualitas hidup dan produktivitas warga
- Memperkuat
kohesi sosial dan rasa aman
Solusi Berbasis Penelitian:
- Desain
Inklusif: Libatkan warga dalam proses perencanaan kota
- Pemerataan
Ruang Hijau: Pastikan setiap warga memiliki akses terhadap taman dan
ruang terbuka
- Transportasi
Ramah Lingkungan: Dorong penggunaan sepeda dan transportasi publik
- Komunitas
Peduli Mental Health: Bangun komunitas yang aktif dalam edukasi dan
dukungan psikologis
🔍 Kesimpulan: Kota Sehat
Dimulai dari Pikiran Sehat
Kota bukan sekadar beton dan aspal. Ia adalah ruang hidup
yang membentuk emosi, perilaku, dan kesejahteraan kita. Jika kita ingin
membangun masa depan yang sehat, maka kita harus mulai dari desain kota yang
peduli pada kesehatan mental.
Apakah kota tempat Anda tinggal sudah memberi ruang untuk
bernapas, berpikir, dan merasa aman?
📚 Sumber & Referensi
- Dr.
Tri Mulyani Sunarharum Bicara Soal Kesejahteraan Mental dalam Perencanaan
Kota Berkelanjutan
- Peran
SDGs 11: Kota dan Komunitas yang Berkelanjutan terhadap Individu
- Pengaruh
Ruang Terbuka Hijau Terhadap Psikologis Masyarakat di Kota Bekasi
🔖 Hashtag untuk SEO
#KotaBerkelanjutan #KesehatanMental #UrbanWellbeing #SDGs11
#RuangHijau #HealingArchitecture #MentalHealthIndonesia #EcoWellbeing
#DesainKota #PsikologiUrban
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.