Pages

KAA Media Group

Jun 21, 2025

Mengapa Hutan Disebut Paru-Paru Dunia? Ini Jawaban Ilmiahnya

Pendahuluan

Bayangkan Anda mencoba bernapas di dunia tanpa pohon. Mungkin itu terdengar seperti skenario fiksi ilmiah, tapi kenyataannya hutan memainkan peran yang jauh lebih besar dari yang banyak orang sadari.

Istilah “paru-paru dunia” sering disematkan pada hutan, terutama hutan hujan tropis seperti yang ada di Amazon dan Indonesia. Tapi, pernahkah Anda bertanya: mengapa hutan mendapat julukan tersebut? Apakah benar pohon-pohon di hutan benar-benar menghasilkan oksigen sebanyak itu?

Dalam artikel ini, kita akan membongkar makna ilmiah di balik metafora tersebut dan mengapa penting bagi manusia untuk melestarikan keberadaan hutan demi masa depan bumi.

Apa yang Dimaksud dengan “Paru-Paru Dunia”?

Istilah ini berasal dari analogi sederhana: seperti paru-paru yang mengambil oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida dalam tubuh manusia, hutan berperan menyerap karbon dioksida (CO₂) dari atmosfer dan melepaskan oksigen (O₂) melalui proses fotosintesis.

Namun, perbandingan ini bersifat metaforis, bukan identik secara fungsional. Paru-paru manusia “menghirup” dan “menghembuskan” gas dalam sistem tertutup, sementara hutan memengaruhi atmosfer secara global dan terbuka.

Fungsi Fotosintesis: Dasar Ilmiah di Balik Peran Hutan

Proses utama di balik julukan ini adalah fotosintesis. Pohon dan tanaman hijau menggunakan sinar matahari, air, dan karbon dioksida untuk menghasilkan glukosa sebagai sumber energi dan oksigen sebagai produk sampingan.

Reaksi kimia fotosintesis: 6 CO₂ + 6 H₂O + cahaya → C₆H₁₂O₆ + 6 O₂

Semakin luas dan lebat hutan, semakin besar kapasitasnya untuk melakukan proses ini dan menyumbangkan oksigen ke atmosfer serta menyerap emisi karbon—gas rumah kaca penyebab pemanasan global.

Data Ilmiah dan Fakta Menarik

  • Menurut laporan dari National Aeronautics and Space Administration (NASA), tanaman darat menyumbang sekitar 28% dari total produksi oksigen global, sementara sisanya diproduksi oleh fitoplankton laut.
  • Namun, hutan juga menyimpan sekitar 80% dari total cadangan karbon biomassa bumi, menjadikannya alat penting untuk mitigasi perubahan iklim (FAO, 2020).
  • Hutan tropis seperti di Amazon, Kalimantan, dan Papua dikenal sebagai penyerap karbon (carbon sink) terbesar di dunia, menyerap hingga 2 miliar ton CO₂ per tahun (Pan et al., 2011).

Tapi, Apakah Hutan “Memproduksi” Oksigen untuk Kita?

Ini bagian menariknya. Banyak ilmuwan mencatat bahwa oksigen yang dihasilkan oleh hutan juga dikonsumsi kembali oleh ekosistem itu sendiri melalui respirasi (pernapasan tanaman dan hewan) dan dekomposisi.

Artinya, oksigen dari hutan tidak semuanya "gratis" untuk manusia, karena sebagian besar digunakan untuk siklus kehidupannya sendiri. Tapi hutan tetap sangat penting karena:

  • 🌍 Menyerap emisi karbon global
  • 💧 Mengatur siklus air melalui transpirasi
  • ❄️ Menstabilkan iklim lokal dan global

Dengan kata lain, jika fitoplankton laut adalah “paru-paru utama”, maka hutan adalah sistem sirkulasi dan penyaring udara yang sangat efektif bagi planet ini.

Implikasi Kehilangan Hutan terhadap Kehidupan

Ketika hutan ditebang atau terbakar:

  • Emisi karbon meningkat drastis karena karbon yang tersimpan dilepaskan.
  • Kapasitas bumi untuk menyerap emisi berkurang.
  • Gangguan iklim lokal: suhu meningkat, hujan turun tidak menentu.
  • Risiko penyakit zoonosis meningkat akibat rusaknya habitat satwa liar.

Contohnya, kebakaran hutan di Indonesia pada 2015 menyumbangkan lebih dari 1 miliar ton emisi CO₂ dalam hitungan minggu, melampaui emisi harian seluruh Uni Eropa (World Resources Institute).

Apa Solusi Nyata yang Bisa Kita Tempuh?

🔹 Perhutanan Sosial – Memberdayakan masyarakat untuk mengelola hutan secara berkelanjutan. 🔹 Restorasi Ekosistem – Menanam ulang hutan dengan spesies asli yang sesuai ekosistem lokal. 🔹 Pembelian Produk Ramah Hutan – Hindari produk yang berkontribusi pada deforestasi seperti sawit tidak berkelanjutan dan kayu ilegal. 🔹 Kebijakan dan Regulasi – Pemerintah perlu memperketat moratorium hutan primer dan memperluas kawasan konservasi. 🔹 Literasi Lingkungan – Menyebarluaskan edukasi tentang pentingnya hutan di sekolah dan media.

Kesimpulan

Hutan disebut “paru-paru dunia” bukan tanpa alasan. Meski bukan penghasil oksigen utama secara langsung, peran hutan dalam menyeimbangkan iklim, menjaga kualitas udara, dan menyerap karbon sangat vital bagi kelangsungan hidup planet ini.

Kini, pilihan ada di tangan kita: apakah akan menunggu paru-paru itu perlahan rusak, atau segera mengembuskan napas baru untuknya melalui aksi nyata?

Sumber & Referensi

  • FAO. (2020). Global Forest Resources Assessment
  • Pan, Y. et al. (2011). A Large and Persistent Carbon Sink in the World’s Forests. Science.
  • NASA Earth Observatory
  • World Resources Institute (2023)
  • Global Forest Watch

Hashtag:

#ParuParuDunia #MengapaHutanPenting #Fotosintesis #KonservasiHutan #ForestryScience #IklimDanHutan #KrisisLingkungan #Deforestasi #KeanekaragamanHayati #PemanasanGlobal

 

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.