Pendahuluan
Pernahkah Anda terjebak dalam overthinking, terus mempertanyakan "mengapa" dan "bagaimana" tanpa benar-benar mengambil tindakan? Atau mungkin Anda justru lebih suka langsung action tanpa banyak teori? Jika iya, Anda mungkin lebih cenderung pada concrete thinking—gaya berpikir yang berfokus pada hal-hal nyata, praktis, dan langsung dapat diterapkan.
Concrete thinking adalah cara berpikir yang
berlawanan dengan abstract thinking (berpikir abstrak).
Sementara pemikir abstrak suka membahas konsep, filosofi, dan teori, pemikir
konkret lebih tertarik pada fakta, langkah-langkah praktis, dan hasil yang
terlihat. Lalu, mana yang lebih baik? Artikel ini akan membahas bagaimana concrete
thinking bekerja, kelebihan dan kekurangannya, serta kapan kita perlu
menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pembahasan Utama
Apa Itu Concrete Thinking?
Concrete thinking adalah proses kognitif yang
berfokus pada informasi yang nyata, literal, dan langsung terlihat. Pemikir
konkret cenderung:
- Lebih
mengandalkan pengalaman langsung.
- Fokus
pada fakta dan data yang terukur.
- Kurang
tertarik pada metafora atau konsep teoritis.
Contoh sederhana:
- Pemikir
Konkret: "Aku haus, aku akan minum air."
- Pemikir
Abstrak: "Aku haus, apakah ini tanda tubuhku kekurangan
elektrolit atau sekadar kebiasaan psikologis?"
Kelebihan Concrete Thinking
- Lebih
Cepat dalam Pengambilan Keputusan
Studi dari Journal of Behavioral Decision Making (2018) menunjukkan bahwa orang dengan gaya berpikir konkret cenderung lebih cepat mengambil keputusan karena tidak terjebak dalam analisis berlebihan. - Lebih
Efektif dalam Situasi Krisis
Saat terjadi bencana alam, pemikir konkret lebih fokus pada langkah evakuasi daripada mempertanyakan "mengapa ini terjadi?" - Mengurangi
Stres Akibat Overthinking
Penelitian dalam Psychology Today (2020) menyebutkan bahwa orang yang terlalu banyak berpikir abstrak lebih rentan terhadap kecemasan.
Kekurangan Concrete Thinking
- Kurang
Kreatif dalam Solusi Jangka Panjang
Karena fokus pada hal-hal yang sudah ada, pemikir konkret mungkin kesulitan menemukan inovasi baru. - Terkadang
Terlalu Kaku
Mereka mungkin kesulitan memahami humor sarkasme atau metafora karena berpikir terlalu literal.
Kapan Harus Menggunakan Concrete Thinking?
- Saat
menyelesaikan tugas yang membutuhkan eksekusi cepat.
- Ketiga
menghadapi masalah teknis (misalnya, memperbaiki mesin).
- Ketika
Anda perlu fokus pada langkah-langkah praktis (seperti membuat rencana
harian).
Implikasi & Solusi
Dampak Concrete Thinking dalam Kehidupan
- Pekerjaan: Cocok
untuk bidang teknis seperti engineering, kedokteran, atau manajemen
proyek.
- Pendidikan: Anak-anak
cenderung berpikir konkret sebelum berkembang ke pemikiran abstrak
(menurut teori Piaget).
- Hubungan
Sosial: Terlalu konkret bisa membuat seseorang kurang peka
terhadap perasaan orang lain.
Tips Menyeimbangkan Concrete dan Abstract Thinking
- Gunakan
Mind Mapping – Gabungkan ide konkret (tindakan) dengan konsep
abstrak (tujuan besar).
- Latih
Diri dengan Pertanyaan "Apa" dan "Mengapa" –
"Apa yang harus dilakukan?" (konkret) dan "Mengapa ini
penting?" (abstrak).
- Diskusikan
dengan Orang yang Berbeda Gaya Berpikir – Ini membantu memperluas
perspektif.
Kesimpulan
Concrete thinking adalah alat yang sangat
berguna untuk tindakan praktis, tetapi hidup juga membutuhkan pemikiran abstrak
untuk inovasi dan pemahaman mendalam. Daripada memilih salah satu, kenali kapan
Anda perlu berpikir konkret dan kapan harus lebih filosofis.
Pertanyaan Reflektif:
"Apakah Anda lebih sering terjebak dalam overthinking atau justru
terlalu fokus pada hal-hal praktis tanpa mempertimbangkan makna di
baliknya?"
Sumber & Referensi
- Piaget,
J. (1950). The Psychology of Intelligence.
- Journal
of Behavioral Decision Making (2018). Concrete vs. Abstract
Thinking in Decision-Making.
- Psychology
Today (2020). How Overthinking Leads to Anxiety.
Hashtag:
#ConcreteThinking #BerpikirPraktis #PsikologiKognitif #Mindset
#PengambilanKeputusan #AntiOverthinking #SelfImprovement #MentalHealth
#Produktivitas #BelajarEfektif
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.